
Siswa-siswa Sekolah Dasar (SD) di Papua. Foto: Ist
Jayapura - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Papua mendorong
pelajaran muatan lokal "Papua" masuk dalam kurikulum sekolah seperti
tentang penjelasan mengenai pembagian wilayah adat dan cerita rakyat. Kepala
Seksi Nilai dan Laboratorium Budaya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi
Papua Frits Tanati di Jayapura, Jumat (9/9/2016), mengatakan selama muatan
lokal itu masih sebatas wacana, pihaknya terus melakukan sosialisasi misalnya
melalui buku-buku cerita rakyat. "Pemetaan atau pembagian wilayah adat
yang terdiri dari tujuh kawasan ini seharusnya dikemas dalam suatu kekhususan
agar dapat menjadi pengetahuan bagi masyarakat," katanya. Menurut Frits,
nilai-nilai yang terkandung dalam masyarakat adat cukup unik sehingga dengan
dikumpulkan menjadi satu lalu dikemas dalam buku atau muatan lokal, dapat
mengangkat kembali tradisi dan dikembalikan sebagai suatu pengetahuan bagi
masyarakat. "Misalnya saja, masyarakat lebih banyak mengetahui bahwa pembagian
wilayah adat hanya terdiri dari lima saja, padahal ada tujuh termasuk dengan
kawasan Provinsi Papua Barat," ujarnya. Baca ini: Mahasiswa: Baiknya Dinas
P & K Provinsi Papua Menerapkan Kuriklum Pendidikan Kearifan Lokal
Papua Dia menjelaskan jika pemetaan wilayah adat dimasukan dalam muatan lokal
dan diajarkan kepada siswa maka dengan sendirinya masyarakat, khususnya
generasi muda, dapat memahami silsilah serta kekhususan Papua. "Untuk itu,
hal kecil yang sudah diupayakan instansi terkait adalah dengan tetap
mengingatkan adat dan tradisi orang Papua melalui cerita-cerita rakyat yang
disusun menjadi buku serta dokumentasi-dokumentasi lainnya," katanya. Dia
mengatakan noken, tifa, dan tari yosim pancar yang kini telah diakui sebagai
warisan budaya, khususnya oleh UNESCO (Badan PBB untuk Pendidikan, Ilmu
Pengetahuan, dan Kebudayaan) untuk noken, merupakan salah satu langkah menjaga
serta memelihara nilai-nilai kebudayaan Papua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar