Foto Facebook Grub Save Papua.
Oleh : Ismail Asso
Tingkat
kematian orang asli Papua sangat tinggi sejak tahun 2000-2016 sejak era otonomi
khusus (OTSUS) Papua.
Sudah lama pemerhati sosial dan politik Papua semisal Prof. Dr. M. Amin
Rais, pernah menyinggung ecosida (pembumihangusan ekosistem hayati) disekitar
areal PT. Freeport, perusahaan raksasa dunia milik Amerika yang diberi izin
Jakarta (Soeharto) dan terus diberi izin perpanjang hingga puluhan tahun
kedepan itu.
Kekerasan militer terhadap rakyat sipil Papua yang tak bersenjata sudah
terlalu banyak membawa banyak korban berjatuhan. Militer sebagai pihak penjaga
keamanan PT Freeport sangat sigap bila ada gejala gangguan sedikitpun terhadap
perusahaan Amerika bernama PT Freeport Mc Moren ini. Konflik antara Militer
bersenjata lengkap super modern dan canggih dengan suku-suku pemilik hak ulayat
adalah fenomena biasa yang paling sering terjadi merupakan penyumbang kematian
orang Papua yang populasinya semakin menyusut setiap tahun sejak perusahaan
raksasa ini bercokol disana.
Gangguan keamanan di Timika Papua dengan intentitas cukup tinggi setiap
saat dan selalu pecah diantara pihak-pihak berpekepentingan dengan warga setempat.
Konflik itu sifatnya laten dan selalu terus terjadi baik antar etnis dan suku
(baca perang antar suku) maupupun antara militer dan sipil, menjadi fenomena
biasa diarea Freeport Timika Papua.
PT. Freeport tak hanya menyumbang royalti kepada pusat dan daerah
melainkan lebih banyak memberikan dampak ecosida (membumihanguskan beragam alam
hayati). Akibat kehadiran Perusahaa Emas raksasa dunia ini membawa dampak
membumi hanguskan beragam alam hayati dan kekacauan sosial politik menyebabkan
ratus ribu nyawa manusia Papua matia sia-sia sebagai korban.
Sejak dapat legitimasi perizinan oleh Jakarta (baca, Soeharto) PT Freeport dengan sangat
leluasa kuasai separuh nafas hidup dan penghidupan orang Papua. Pada akhirnya
Freeport dengan biadab tanpa prikemanusiaan dan keadilan bagi rakyat Papua
sebagai pemilik ulayat mencari untung dengan berbagai implikasi destroyer
peradaban kemanusiaan dengan meluluh-lantahkan gunung-gunung emas Papua tanpa
bekas, tidak saja dari atas gunung tetapi mencuri melalui dibawah tanah hingga
beratus-ratus kilometer dari satu gunung ke gunung lain yang belum diberi izin
dalam perjanjian dengan Jakarta.
PT Freeport milik Amerika ini seakan tak puas mengahancurkan alam dan
gunung-gunung Papua hingga ribuan kilo dibawah tanah. Jakarta sebagai penguasa
otoritas wilayah itu terus memberi keleluasaan dengan terus memperpanjang
izinnya agar perusahaan milik Amerika itu terus boleh mencuri emas kwalitas
super kelas satu dunia itu. Jika ada protes orang Papua harga nyawanya lebih
rendah daripada mempertahankan pencuri terus mencuri dengan leluasa di Papua.
Bila dihitung maka puluhan tahun mengeruk harta karun milik orang Papua
di Papua dari tahun 1967 hingga kini terus diperpanjang oleh pemerintah
Indonesia sebagai pengendali otoritas tertinggi atas wilayah itu maka PT
Freeport lebih banyak membawa madhorot (kehancuran tidak hanya alam dan gunung
tapi sekaligus menghancurkan orang Papua yang dapat diistilahkan dengan proses
pemunahan genosida atau ecosida sekaligus) daripada membawa manfaat bagi rakyat
Papua khususnya dan Indonesia pada umumnya melalui royalti.
Tidak hanya ecosida yang terjadi namun yang lebih mencengangkan para
pembaca disini adalah adanya gejala pemusnahan etnis Papua oleh kelompok
terlatih atau gerombolan khusus yang dikirim dari pihak yang ingin menguasai
Papua sepenuhnya dalam genggaman mereka adalah pemusnahan terhadap rakyat sipil
Papua baik secara sistematis terselubung maupun melalui gejala umum yakni
tabrak lari pada malam hari diatas jam 00.00 sampai 05.00 wit jelang pagi.
Gejala ini sangat umum terjadi di papua namun jarang diangkat kepublik dan
luput dari perhatian publik karena dianggap gejala umum dalam arti kecelakaan
lalulintas biasa.
Masalah yang ingin diangkat dalam tulisan ini titik vocus-nya adalah
Gejala Pembunuhan Tabrak Lari. Gejala pembunuhan tabrak lari dan setiap hari 3-5
orang meninggal oleh akibat kematian tabrak lari. Setiap hari terutama kota
Jayapura selalu ambulance hilir mudik membawa mayat akibat kematian tabrak
lari. Adapun kematian orang Papua akibat tabrak lari selalu sama dan mirip
antara kejadian satu tempat dengan ditempat lain seluruh Kota dan Kabupaten
Papua selalu sama walau berbeda tempat.
Biasanya dan ini paling umum terjadi adalah:
(1).Tabrak lari. (2). Miras. (3). hiv/Aids.
(1).Tabrak lari. (2). Miras. (3). hiv/Aids.
Gelaja pembunuhan modus kedua dan ketiga sudah lama didengungkan para
intelektual Papua adalah gejala pembunuhan sistematis ala militer menghabiskan
suatu etnis masyarakat tanpa senjata atau peperangan.
Sedang pertama adalah gejala baru tapi paling umum setiap hari terjadi sejak Otsus Papua hingga tulisan dibuat umumnya terjadi diseluruh Kota Papua yang diciptakan dan dilakukan para pasukan terlatih yang tak ada pekerjaan (perang).
Sedang pertama adalah gejala baru tapi paling umum setiap hari terjadi sejak Otsus Papua hingga tulisan dibuat umumnya terjadi diseluruh Kota Papua yang diciptakan dan dilakukan para pasukan terlatih yang tak ada pekerjaan (perang).
Kita tahu bersama saat ini Papua tidak ada perang maka mereka melakukan
pembunuhan dengan cara terhadap etnis Papua dan paling umum adalah tabrak lari
atau menyenggol motor atau kendaraan roda 4 yang dikendarai tengah malam. Biasa
tabrak lari terjadi diatas jam 11.00 – 5.00. WIT (jelang subuh).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar