Minggu, 11 Desember 2016

Papua Itu Rumah Kita

Setiap orang memiliki tugas dan kewajiban untuk merawat segala ciptaan Allah yang ada di bumi Papua yang merupakan lingkungan hidup kita. Setiap manusia diajak untuk membangun budaya peduli sebagai dasar pedoman hidup agar menyelesaikan berbagai dinamika sosial yang terjadi di sekitar.
Kondisi Papua pada tahun-tahun terakhir ini sungguh mengkawatirkan. Kita mendengar dan menyaksikan konflik yang terus terjadi. Pembabatan hutan karena kepentingan investasi, penembakan, korupsi yang terus merajalela, pelayanan di dunia pendidikan dan kesehatan tidak berjalan normal dan lancar serta konflik yang mulai diarahkan ke isu SARA. Konflik yang diarahkan ke SARA inilah, kiranya menjadi perhatian penulis dalam penjelasan berikutnya. Banyak manusia dan alam dikorbankan karena peristiwa-peristiwa tersebut. Di samping itu banyak pihak mulai dari pemimpin daerah, akademisi, pengamat dan pemerhati sosial dan berbagai kalangan yang peduli, hadir untuk memberikan ide brilian serta menawarkan solusi yang tepat untuk menciptakan keharmonisan dan kedamaian di Tanah Papua.
Foto Facebook Alfredy Yoman
Tawaran Strategi
Memang tak bisa dipungkiri, kinerja berbagai pihak seperti pimpinan daerah, agama, adat, lembaga pemerintah, LSM dan organisasi berhasil menyelesaikan persoalan dan turut aktif menciptakan keamanan dan ketertiban masyarakat. Tetapi selalu ada saja, satu peristiwa belum selesai timbul lagi peristiwa yang baru. Tentunya, setiap peristiwa membutuhkan pola penanganan dan penyelesaian yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Baiknya, setelah sebuah kejadian atau peristiwa terjadi, semua pihak yang berkepentingan harus tangkas bertindak untuk menyelesaikannya. Hal itu terlihat dari beberapa kajadian belakangan ini, dimana setiap organisasi dan penguyuban terlihat aktif langsung guna menyelesaikan persoalan di setiap daerah. Tetapi satu hal yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana setiap komunitas yang ada bekerja sama, memberikan sosialisasi dari satu penguyuban ke penguyuban yang lain.
Kerja sama yang dimaksudkan adalah masuk dalam mitra kerja organisasi dalam lingkaran SARA di Papua. Kemungkinan besar konsep seperti ini membutuhkan waktu dan proses yang panjang, namun harus dilakukan pada semua tingkatan penguyuban atau organisasi yang ada. Pemikiran ini mengandung nilai positif, tentu akan membantu semua pihak yang menginginkan Papua itu damai. Kongkritnya, dengan adanya hubungan kedekatan emosional diantara satu dengan yang lain atau dapat dikatakan kelompok A versus B, tetapi kalau sudah ada hubungan tersebut otomatis akan membantu semua pihak. Bahkan pengaruhnya tidak akan meruak di kalangan umum masyarakat umum.
Setiap pimpinan kerukunan suku, agama dan ras yang ada, hukumnya wajib untuk memberikan pemahaman kepada anggota masyarakat dari anak – anak sampai usia dewasa. Tapi semua itu perlu dilakukan dalam bingkai kalimat “Papua Itu Rumah Kita” dan dengan satu tujuan mendorong Papua tanah damai disamping menciptakan keamanan dan ketertiban masyarakat umum.

Papua Itu Rumah Kita
Foto Mama Papua Facebook Ayob Tabuni



Istilah Papua Itu Rumah Kita, dipandang penting diterjemahkan oleh setiap orang, suku, adat, agama, bangsa yang berada di tanah ini guna menciptakan suasana damai dan harmonis sebagai sesama manusia yang mampu saling menghargai dan dihargai, mencintai dan dicintai, mendukung dan didukung satu sama lain. Istilah “Papua Itu Rumah Kita” harus dimaknai betul oleh setiap orang baik secara pribadi maupun kelompok. Kalimat tersebut memiliki makna yang lebih dalam dan sangat besar. Bahkan memberikan suatu peringatan besar kepada setiap orang dan kelompok supaya menciptakan Papua tanah damai yang diharapkan oleh semua pihak.
Papua tanah damai yang senantiasa dirindukan semua pemangku kepentingan, takkan dapat tercipta bila slogan “Papua Itu Rumah Kita” tidak diterjemahkan secara baik.
Kita yang berada di Papua mesti membangun hubungan yang lebih intens satu sama lain. Tidak boleh lagi saling menjatuhkan, “ah ko dari pendatang, sa dari Papua, ko dari gunung, sa dari Pantai.” Kita semua ada di Papua maka kita adalah orang Papua.
Untuk itu, penting sekali kita membangun hubungan kooperatif tanpa menjatuhkan satu sama lain. Tetapi selalu saling mendukung, mengayomi, membantu satu sama lain. Apa pun itu masalah di sekitar kita, apalagi itu terjadi di Papua maka kita diwajibkan untuk terlibat aktif.
Apa pentingnya kita hidup di tanah ini tapi sama sekali tidak memiliki rasa kepeduliaan terhadap tempat tinggal dan lingkungan sekitar.
Bagi saudara/i yang hanya tahu mewartakan pesan Hidup di tempat – tempat tinggi harus turun di jalan untuk mempraktekan secara nyata. Bagi saudara/i yang ingin memecah belah semua kerukunan SARA harus merasa malu dan bertobat. Bagi saudara/i yang hendak menghancurkan nasib orang Papua seperti banyak kejadian belakangan ini, harus jujur demi nama baik negara dan bangsa.

Mari, kita menjadikan “Papua Itu Rumah Kita” bersama tanpa harus saling menumpahkan darah dan menghilangkan nyawa bagi mereka yang tidak bersalah. Kita harus menghiasi pulau ini tanpa darah dan nyawa.
Kita boleh berbeda dalam suku, agama dan ras tapi kita tetap hidup pada satu tanah Papua, dari Sorong – Merauke. Kita boleh berbeda perjuangan dan pergerakan tapi kita tetap satu tujuan dalam satu tuntutan “Papua Merdeka”. Merdeka dari penindasan, merdeka dari kapitalis, merdeka dari ketidakadilan, merdeka dari ketidakbenaran, merdeka dari kerusakan hutan dan merdeka dari saling menyalahkan.
Mari kita semua jadikan Papua itu sebagai Rumah Kita.

#SAVE PAPUA


Ayob Inubat
Ayob Inubat

This is a short biography of the post author. Maecenas nec odio et ante tincidunt tempus donec vitae sapien ut libero venenatis faucibus nullam quis ante maecenas nec odio et ante tincidunt tempus donec.

Tidak ada komentar: