Saat ini kata noken tidak aneh lagi untuk disimak. Noken merupakan tas
tradisional Papua yang lebih dominan digunakan oleh masyarakat daerah
pengunungan Papua.
Noken telah
hidup bersama masyarakat Papua dan menjadi tradisi dan budaya orang Papua
yang diwariskan ke tiap generasi dan secara konsisten masih di lestarikan
hingga saat ini.
Berdasarkan
penjelasan di atas. Berikut ini dihaimoma.com merangkum 8 fakta unik tentang
Noken di Papua yang perlu anda ketahui.
Pertama pada
tanggal 4 Desember 2012 noken ditetapkan sebagai warisan budaya dunia tak benda
oleh UNESCO. Pengakuan ini tidak terlepas dari perjuangan panjang salah satu
putra terbaik Papua Titus Pekei.
Kata sang Penggagas meskipun dari pihak pemerintah pusat awalnya
menganggap noken tidak beda jauh dengan tas biasa. Namun saya terus berjuang
untuk membawa noken (tas tradisional Papua) ini ke badan PBB tersebut.
Hal ini disampaikan dalam materi yang dibawakan sang penggagas noken saat natal Se-Jawa dan Bali Ikatan mahasiswa Nabire Paniai Dogiyai dan Deiyai di kota studi Bandung tiga tahun lalu.
Papua membutuhkan generasi mudah seperti kakak Titus Pekei untuk menjaga
nilai-nilai kebudayaan orang Papua dari kepunahan. Berkat perjuangan itu, saat
ini noken dikenal dunia dan berkembang mengikuti perkembangan zaman.
Kedua bupati Jayapura, Mathius Awoitauw pernah mewjibkan seluruh
PNS di lingkup pemerintahannya untuk mengenahkan noken setiap hari Rabu. Bukan
hanya itu, di kabupaten Nabire pun setiap anggota POLRES diwajibkan untuk
mengenakan noken setiap hari kamis. Selain itu pemerintah kabupaten Mimika pun
turut berlakukan wajib noken tiap hari senin.
Ketiga noken terbuat dari bahan dasar serat kulit kayu dan
selanjutnya dililit dan dirajut sedemian rupa sehingga dapat digunakan untuk
membawa barang dalam jumlah besar maupun kecil. Selain itu juga noken sering
digunakan oleh mama Papua untuk memanjakan anak-anaknya
Keempat noken merupakan salah satu budaya yang hanya terdapat di Papua dan dimiliki oleh lebih dari 250 suku bangsa di kedua provinsi paling timur Indonesia tersebut.
Kelima konon,
meski banyak segi yang menjadi pertimbangan untuk mengetahui kedewasaan seorang
cewek. Bisa dan tidaknya, seorang cewe menganyam atau merajut noken juga
menunjukan kedewasaan seorang cewek untuk siap menikah.
Keenam sejak
perjuangan sang penggagas noken untuk mendaftarkan noken ke UNESCO berhasil.
Noken dikenal secara luas bahkan noken perna turut diserta dalam acara Papua
Week yang berlangsung di Jepang pada bulan Juni-Juli tahu 2015 lalu.
Papua
Week menghadirkan tema “To the Heart of the Bird of Paradise Land” melibatkan
Pemda Biak dan Pemda Jayawijaya. Acaranya sendiri menampilkan beberapa kegiatan
seperti mini fashion exhibition karya desainer Merdi Sihombing yang terkenal
dengan Noken fashion dan melibatkan peragawati-peragawati Jepang dari Kanon
Models. Ada juga cultural performance dengan menampilkan Biak Music and Dance
serta Biak Woodcarving Workshop.(panorama-magz.com)
Ketujuh saat
ini noken berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Anyaman dan lilitan khas
noken bisa kita jumpai dalam berbagai bentuk dan model seperti, topi, baju,
rok. Selain itu bahan dasarnya pun berupa, benang woll dan manila (sejenis
benang woll tapi berbahan dasar plastik).
Kedelapan noken
memerupakan tas tradisional Papua yang praktis, awet, dan ramah lingkungan.
Noken juga dapat dijadikan alternatif dari bahan plastik yang dapat mencemari
lingkungan.
Noken
saat ini sudah mendunia. Pertanyaannya, apakah kita bangga mengunakan noken?Dan
apakah kita sudah memiliki noken?
"Jangan
bicara budaya kalau ko malu menggunakan, noken, koteka dan lain sebaginya
tetapi ko lebih bangga dengan budaya yang datang".
Saya
sendiri memiliki dua noken. Satu berbahan dasar serat kulit kayu dan satunya
lagi benang woll.
Selama
saya mengenakan noken kekampus banyak mahasiswa dan dosen yang meminta noken
tersebut. Ini artinya, orang lain sangat tertarik pada budaya kita. Saat ini
tergantung kita, ingin menjaga dan memperkenalkan noken atau tidak.
''Bertahan
dan tidaknya budaya seseorang tergantung pada seberapa besar pemilik
budaya itu, mempertahankan, mempromosikan, dan bangga menggunakan
budayanya".
Bukan
hanya itu, kemaring pagi pada saat saya kekampus. Salah satu dosen saya yang
bernama Wildan Fauzi memberi pandangannya tentang makna Filosofi dari noken
tersebut.
Tampak
transparan yang terdapat pada noken melambangkan keterbukan dan kejujuran.
Ketika saya menggunakan tas itu melambangkan ketertutupan. Lanjutnya lagi.
Ketika saya menggunakan tas itu melambangkan ketertutupan. Lanjutnya lagi.
Dari
pandangan dosen terebut ditambah dengan banyaknya permintaan noken oleh
mahasiswa di kampus membuat saya termotivasi untuk menulis artikel ini.
Setelah
membaca artike ini. Pertanyaannya, ada berapa noken yang anda miliki saat ini?
Penulis : Ayob Tabuni
Tidak ada komentar:
Posting Komentar