
Sumber: Facebook/ Perempuan Tanah
Pada pembuka artikel ini, Dihai harus mengakui bahwa ada beberapa hal membuat saya ingin terus menulis dan membahas seputar perempuan Papua. Perempuan yang melahirkan saya. Perempuan yang membuat saya seperti apa hari ini. Penulisan saya bukan hanya mengangkat jati diri perempuan Papua tetapi dalam beberapa artikel saya juga mempertanyakan tingkah laku perempuan Papua yang kian hari kian jauh dari sifat keibuan mama Papua.
Tahun lalu saya menulis sebuah artikel yang tidak lain isinya mempertanyakan peran dan kehadiran mereka dalam mengangkat jati diri orang Papua. Artikel itu berjudul "Surat Untuk Perempuan Papua". Ternyata, artikel itu dibaca oleh 14312 orang. Puluhan komentar pun berdatangan. Tapi uniknya, diantara mereka sendiri ada yang setuju tetapi ada juga yang menolak tulisan itu. Di kolom komentar blog, dikomentari oleh 11 orang dan di kolom komentar Disqus berjumlah 25 komentar. Berikut saya cantumkan salah satu komentarnya.
Terima
Kasih untuk artikel yang berwawasan dan membuka pikiran bagi orang-orang Papua,
terlebih khusus perempuan Papua. Sebagai perempuan Papua, saya sangat setuju
dengan pendapat saudara diatas. Perempuan Papua harus lebih percaya diri dengan
identitasnya. Jangan mau diubah akibat tuntutan jaman dan gaya anak muda
sekarang. Budaya orang Papua harus di pertahankan juga. Sekarang trendnya itu
selfie atau foto2 ditempat2 yang unik di Papua, ini trend yang sangat bagus
untuk mempromosikan Papua secara National dan International, tapi pasti selalu
ada dampak negatifnya nanti (Terlalu banyak kunjungan orang2 yang tidak
menghargai lingkungan= kerusakan lingkungan). Jadi boleh saja perempuan Papua
mempercantik diri dengan alat2 kecantikan yang sudah disediakan, tetapi kalo
sampai kita mengubah apa yang sudah alami diciptakan Tuhan, pasti ada dampak
negatifnya nanti. Jadi Kalau ingin berbuat sesuatu, selalu ingat
konsekuensinya. Cuma bilang saja. Bebas to berpendapat. Terima kasih lagi.
Untuk lebih jelasnya. Anda bisa langsung baca dan lihat di sini: Surat Buat Perempuan Papua
Terlepas dari pro dan kontranya mereka, bagi saya tidak masalah karena proses itulah yang akan membuat kita menemukan sebuah solusi yang ideal. Ingat, bukan solusi akhir.
Pada tahun ini, saya kembali menulis sebuah artikel tentang perempuan Papua: 5 Poin Kelebihan Perempuan Papua yang Wajib Anda Ketahui. Artikel inipun disambut positif oleh perempuan Papua. Selain kedua artikel di atas, saya juga pernah menulis sebuah cerpen untuk mengangkat identitas perempuan Papua: Suara Untuk Perempuan Papua. dan artikel yang sedang anda baca ini merupakan artikel keempat saya tulis seputar perempuan Papua.
Tulisan ini sebenarnya berangkat dari rasa bangga yang mendalam ketika melihat perempuan Papua mulai tampil di publik dengan Fashion Papua yang sangat elok untuk dipandang. Mereka juga berani untuk menyuarakan dengan tegas segala ketidak adilan di Papua yang terus menjadi pentas seni yang indah untuk ditonton penguasa. Berawal dari rasa bangga itulah, selanjutnya membuat saya menyediakan menu khusus untuk membahas seputar perempuan Papua di blog serba ngawur ini.
Dari penjelasan panjang di atas, kali ini Dihai ingin berbagi 5 hal yang membuat Dihai bangga dan kagum melihat perempuan Papua. Terlebih lagi, bangga karena mereka mulai menyadari siapa mereka dan berani mengekspresikan diri mereka dengan apa yang mereka punya. Mengapa demikian? Ya karena Dihai merasa kritikan saya dalam artikel pertama mulai dijawab oleh mereka alias mulai terkabul. Dari langkah inilah, saya sebagai laki-laki Papua sekaligus sebagai anak yang terlahir dari rahim mama Papua bangga melihat ekspresi mereka, bukan hanya bangga tetapi juga kagum. Terlebih lagi, tanah Papua turut bangga dengan langkah yang mereka mulai tempuh.
Pertama- Budaya itu butuh inovasi dan perubahan. Saya tidak pandai dalam memahami kebudayaan tetapi sadar atau tidak, facebook, televisi, mobil, motor, komputer dan lain-lain itu, merupakan hasil inovasi kebudayaan. Artinya, IPTEK itupun hasil dari kebudayaan [1]. Di poin ini, perempuan Papua mulai berani mengekspresikan diri mereka. Artinya, mereka mulai tampil di publik dengan Fashion kebudayaan yang mereka miliki. Bagi saya, mereka bukan hanya cantik tetapi menarik dan natural. Mengapa demikian?
Terlepas dari pro dan kontranya mereka, bagi saya tidak masalah karena proses itulah yang akan membuat kita menemukan sebuah solusi yang ideal. Ingat, bukan solusi akhir.
Pada tahun ini, saya kembali menulis sebuah artikel tentang perempuan Papua: 5 Poin Kelebihan Perempuan Papua yang Wajib Anda Ketahui. Artikel inipun disambut positif oleh perempuan Papua. Selain kedua artikel di atas, saya juga pernah menulis sebuah cerpen untuk mengangkat identitas perempuan Papua: Suara Untuk Perempuan Papua. dan artikel yang sedang anda baca ini merupakan artikel keempat saya tulis seputar perempuan Papua.
Tulisan ini sebenarnya berangkat dari rasa bangga yang mendalam ketika melihat perempuan Papua mulai tampil di publik dengan Fashion Papua yang sangat elok untuk dipandang. Mereka juga berani untuk menyuarakan dengan tegas segala ketidak adilan di Papua yang terus menjadi pentas seni yang indah untuk ditonton penguasa. Berawal dari rasa bangga itulah, selanjutnya membuat saya menyediakan menu khusus untuk membahas seputar perempuan Papua di blog serba ngawur ini.
Dari penjelasan panjang di atas, kali ini Dihai ingin berbagi 5 hal yang membuat Dihai bangga dan kagum melihat perempuan Papua. Terlebih lagi, bangga karena mereka mulai menyadari siapa mereka dan berani mengekspresikan diri mereka dengan apa yang mereka punya. Mengapa demikian? Ya karena Dihai merasa kritikan saya dalam artikel pertama mulai dijawab oleh mereka alias mulai terkabul. Dari langkah inilah, saya sebagai laki-laki Papua sekaligus sebagai anak yang terlahir dari rahim mama Papua bangga melihat ekspresi mereka, bukan hanya bangga tetapi juga kagum. Terlebih lagi, tanah Papua turut bangga dengan langkah yang mereka mulai tempuh.
Pertama- Budaya itu butuh inovasi dan perubahan. Saya tidak pandai dalam memahami kebudayaan tetapi sadar atau tidak, facebook, televisi, mobil, motor, komputer dan lain-lain itu, merupakan hasil inovasi kebudayaan. Artinya, IPTEK itupun hasil dari kebudayaan [1]. Di poin ini, perempuan Papua mulai berani mengekspresikan diri mereka. Artinya, mereka mulai tampil di publik dengan Fashion kebudayaan yang mereka miliki. Bagi saya, mereka bukan hanya cantik tetapi menarik dan natural. Mengapa demikian?

Sumber: Facebook/Perempuan Tanah.
Di poin semacam ini, kita melihat bahwa Perempuan Papua itu bukan cantik
karena di make up tetapi
cantik secara natural. Selain itu, tampilannya mengisyaratkan berjuta makna.
Noken dan alam sebagai simbol identitasnya. Sementara, ukiran dan kepolosannya
menyimbolkan manusia yang tapil otentik
Tapi apa ya otentik itu? Mmmm, Otentik berarti, kita menjadi diri kita sendiri.“Otentik” berarti asli. Manusia otentik adalah manusia yang menghayati dan menunjukkan diri sesuai dengan keasliannya, dengan kepribadian yang sebenarnya.[2]
Dewasa ini jika kita bandingkan antara Asia dan Eropa maka di Eropa orang mulai rindu dengan hal-hal yang natural. Sementara di Asia orang mulai gila dengan berbagai alat make Up. Hasilnya tidak salah kalau Asia menjadi pasar terbesar bagi negara pemodal karena di Asia mungkin produk komestik yang harganya jutaan rupiah dipandang modern. Ya tidak salah, di lain sisi kita baru disentuh oleh peradaban kebudayan manusia modern. Jadi, jangan kaget jika kita terkadang menjadi konsumtif dan materialis.
Tapi apa ya otentik itu? Mmmm, Otentik berarti, kita menjadi diri kita sendiri.“Otentik” berarti asli. Manusia otentik adalah manusia yang menghayati dan menunjukkan diri sesuai dengan keasliannya, dengan kepribadian yang sebenarnya.[2]
Dewasa ini jika kita bandingkan antara Asia dan Eropa maka di Eropa orang mulai rindu dengan hal-hal yang natural. Sementara di Asia orang mulai gila dengan berbagai alat make Up. Hasilnya tidak salah kalau Asia menjadi pasar terbesar bagi negara pemodal karena di Asia mungkin produk komestik yang harganya jutaan rupiah dipandang modern. Ya tidak salah, di lain sisi kita baru disentuh oleh peradaban kebudayan manusia modern. Jadi, jangan kaget jika kita terkadang menjadi konsumtif dan materialis.
Ingat eee,
pertanyataan ini bukan berarti orang Eropa anti komestik atau tidak suka dengan
komestik tetapi lebih pada paradikma berpikir. Contoh lain misalnya, kita di
Indonesia masih berbicara ditarap peri kemanusiaan, mereka sudah ditarap peri
kebinatangan. Heheheh, lumayan jauh to kawan? Atau bagai mana menurutmu?
Saking rindu akan hal-hal bersifat alami, belum lama ini menjadi tren di
dunia barat adalah ecosexual atau bercinta dengan alam. Ya, secara sederhana, mereka ini menempatkan
diri mereka sebagai kelompok orang yang mencintai alam. Bumi adalah
sebenar-benarnya kekasih yang harus dijaga keberadaannya. Masih tidak percaya?
Coba tanya om google dengan kata kunci "ecosexual"
Pada poin ini saya ingin mengaris bawahi suatu pernyataan untuk mendukung penampilan kalian. Supaya anda tidak salah memahami makna dari kata cantik, yaitu anda harus tahu cantik itu relatif. Anda mungkin menonton pemilihan Miss Universe atau seperti dua tahun lalu seperti Cita cita yang mengaku ia cantik dan mengatakan Nggak kayak Papua, kan? Atau iklan-iklan komestik yang terus mengidentikkan cantik itu harus Putih. Semua itu mungkin membuat anda minder dan tidak percaya diri untuk tampil kepublik dengan penampilan natural yang saat ini anda geluti.
Tetapi tenang, pada porsinya itu tetaplah relatif. Hal ini sebagaimana penjelasan Socrates kepada muridnya tentang cinta dengan perumpamaan ladang gandum/hutan. Artinya, ketika ko lihat seseorang cantik, ko akan tahu. Ada yang lebih cantik dari apa yang ko lihat hari ini dan seterusnya. Pertanyaannya, mengapa bisa begitu? Pertanyaan yang bagus hehehehe, berikut penjelasannya.
Pada poin ini saya ingin mengaris bawahi suatu pernyataan untuk mendukung penampilan kalian. Supaya anda tidak salah memahami makna dari kata cantik, yaitu anda harus tahu cantik itu relatif. Anda mungkin menonton pemilihan Miss Universe atau seperti dua tahun lalu seperti Cita cita yang mengaku ia cantik dan mengatakan Nggak kayak Papua, kan? Atau iklan-iklan komestik yang terus mengidentikkan cantik itu harus Putih. Semua itu mungkin membuat anda minder dan tidak percaya diri untuk tampil kepublik dengan penampilan natural yang saat ini anda geluti.
Tetapi tenang, pada porsinya itu tetaplah relatif. Hal ini sebagaimana penjelasan Socrates kepada muridnya tentang cinta dengan perumpamaan ladang gandum/hutan. Artinya, ketika ko lihat seseorang cantik, ko akan tahu. Ada yang lebih cantik dari apa yang ko lihat hari ini dan seterusnya. Pertanyaannya, mengapa bisa begitu? Pertanyaan yang bagus hehehehe, berikut penjelasannya.

Sumber facebook: Abhy G'neutro Đụạệnậm -Kaimana
Secara
paling mendasar, pengetahuan manusia dapat kita bagi kedalam tiga kelompok
besar. Logika, etika dan estetika. Logika mengacu pada rana ilmu pengetahuan
(sains), etika merupakan rana sikap. Ajaran tentang baik dan buruk. Sedangkan
estetika merupakan rana seni. Cantik atau jelek, indah atau jelek, cinta, dan
musik berada pada rana seni yang abstrak dan seni itu bermain dirana rasa. Lalu
di dalam rasa tidak dapat kita menemukan kebenaran yang bersifat objektif
sekaligus universal karena sifat relatifnya. Semoga jawaban ini memuaskan.
Kalau tidak, mari kita cari jawabannya bersama.
Akhir kata selamat berkaya. Besok kalian akan dikenal secara luas. Terlebih, Papua akan dikenal melalui kalian. Luar biasa, za bangga lihat kam!
Kedua- Perempuan Papua mulai menyadari penindasan dan semua dinamika kekerasan di Papua. Mereka mulai berani untuk menyatakan sikap perlawanan mereka. Jangan heran besok mereka akan berdiri di garis depan memimpin proses perlawanan ini.
Akhir kata selamat berkaya. Besok kalian akan dikenal secara luas. Terlebih, Papua akan dikenal melalui kalian. Luar biasa, za bangga lihat kam!
Kedua- Perempuan Papua mulai menyadari penindasan dan semua dinamika kekerasan di Papua. Mereka mulai berani untuk menyatakan sikap perlawanan mereka. Jangan heran besok mereka akan berdiri di garis depan memimpin proses perlawanan ini.

Sumber: Fecebok/Darmince Nawipa
Ini adalah salah satu ungkapan mama Papua, Ciska Abugau kepada
tabloidjubi.com, Senin (29/0/2016). Sungguh sedih. Percuma saja kami mama-mama
Papua ini melahirkan anak-anak kami. Karena kami punya anak-anak ini terus
dibunuh oleh aparat.[3]
Di belahan dunia manapun, ketika ada kekerasan akan timbul perlawanan. Ini adalah hukum sebab akibat. Perlawanan itu bukan hanya dari kaum lelaki tetapi juga perempuan. Misalnya saja dalam perjuangan Indonesia Cut Nyak Dhien dan lain-lain.
Mengapa mereka melawan? Di Papua jangankan masyarakat sipil, anak sekolah saja di tembak mati (jika bersalah) tanpa proses hukum yang jelas. Jangankan proses hukum, kami protes ketika kami benar pun kami di cap sebagai separatis.
Di belahan dunia manapun, ketika ada kekerasan akan timbul perlawanan. Ini adalah hukum sebab akibat. Perlawanan itu bukan hanya dari kaum lelaki tetapi juga perempuan. Misalnya saja dalam perjuangan Indonesia Cut Nyak Dhien dan lain-lain.
Mengapa mereka melawan? Di Papua jangankan masyarakat sipil, anak sekolah saja di tembak mati (jika bersalah) tanpa proses hukum yang jelas. Jangankan proses hukum, kami protes ketika kami benar pun kami di cap sebagai separatis.
Soal
penembakan anak sekolah di Papua baca di sini: Surat
Untuk Rakyat Melayu- Mari Kita Mulai Belajar Melihat Setiap Persoalan Papua
Secara Objektif :

Sumber: Facebook/ Ancotex Tekege
Pertanyaannya, bagaiamana perempuan Papua yang akan menjadi Mama Papua
diam selama anaknya mati diatar paksa kaliber? Bagaimana perempuan Papua tidur
selama tanahnya dirampas? Dan bagaimana mereka menerima kenyataan pahit ini,
selama paradikma kampungan itu dipakai untuk mendefinisikan mereka.
Akhir
kata, hanya satu pernyataan. Tidak ada kebebasan tanpa peran perempuan di
dalamnya. Tidak ada rangkaian peristiwa yang tersurat dalam aksara tanpa peristwa
yang kalian ukir di jalan dan ukiran artikel inipun sebuah goresan dari apa
yang kalian perataruhkan di jalan. Selamat berjuang Mama Papuaku.
Ketiga-Adik-adik perempuan Papua banyak yang mulai menyadari pentingnya
pendidikan. Sejak beberapa tahu terakhir, kehadiran perempuan mulai nampak,
mereka mulai terlibat di berbagai bidang. Adik-adik itu mengikuti jejak
pendahulunya seperti, Prof. Yohana Yembise. Dr. Selvy Tebay, S. Pi, MSi Wakil
Rektor IV UNIPA alumni IPB/Bogor dan laian-lain.
Kondisi ini berangkat dari kenyataan bahwa, banyak kakak-kakak
perempuan dan adik-adik perempuan dari Papua yang mengambil peran vital dalam
dunia pendidikan/akademisi. Adik-adik perempuan itu seperti Casparina
Theresia Renwarin yang terlibat dan aktif dalam organisasi kepemudaan
internasional dan punya mimpi yang besar untuk Papua. Alvionita Kogoya yang pandai matematika dan masih banyak lagi.
Keseluruhan dari poin-poin ini menjadi indikasi bahwa perempuan Papua
itu mulai menyebar ke berbagai bidang. Mereka mulai mengambil perannya
masing-masing untuk menunjukkan keterlibatan dan kontribusi mereka dalam
perjalanan panjang ini.
Keempat -Mereka terus berkreasi dalam kreativitas yang tinggi. Mereka mulai terlibat dalam dalam inovasi kearifan lokal yang terus dikenal khalayak luas.
Noken merupakan salah satu bentuk tas tradisonal yang identik dengan Papua. Meski demikian, Noken bukanlah tas. Dari segi nilai guna mungkin terdapat beberapa kesamaan dengan tas tetapi dari segi nilai filosofis dan kebudayaan noken memiliki nilai khusus yang turut mengangkat jati diri orang Papua. Itulah sebabnya, kenapa saya tegaskan noken berbeda dengan tas pada umumnya. Lebih lanjut tentang noken, Gan bisa baca di sini: 8 Fakta Unik Tentang Noken Di Papua
Keempat -Mereka terus berkreasi dalam kreativitas yang tinggi. Mereka mulai terlibat dalam dalam inovasi kearifan lokal yang terus dikenal khalayak luas.
Noken merupakan salah satu bentuk tas tradisonal yang identik dengan Papua. Meski demikian, Noken bukanlah tas. Dari segi nilai guna mungkin terdapat beberapa kesamaan dengan tas tetapi dari segi nilai filosofis dan kebudayaan noken memiliki nilai khusus yang turut mengangkat jati diri orang Papua. Itulah sebabnya, kenapa saya tegaskan noken berbeda dengan tas pada umumnya. Lebih lanjut tentang noken, Gan bisa baca di sini: 8 Fakta Unik Tentang Noken Di Papua

Dok/ Dihaimoma
Saat ini banyak perempuan Papua turut mengambil bagian dalam peran mama
Papua. Mereka berkreasi menganyam Noken. Karya yang mereka hasilkan pun dalam
berbagai bentuk dan model. Mulai dari anyaman topi, baju, dan juga tas dengan
berbagai bentuk. Proses ini merupakan inovasi dari peradaban kebudayaan yang
kita miliki dan mulai dikenal dunia.

Sumber: lingkarpapua.com/Mama Papua Jual Noken/
Kelima- Perempuan Papua terus terlibat aktif dalam berbagai tarian
tradisional yang turut mengangkat identitas Papua. Hal ini dapat dilihat dengan
berkembangnnya sanggar-sanggar tarian tradisional di hampir seluruh tanah
Papua. Yang tidak lain didalamnnya, banyak keterlibatan Perempuan Papua.

Sumber: Papau/kabarpapua.co/Tarian Barada
Cenderawasi
Keterlibatan Perempuan Papua dalam mengekspresikan diri mereka melalui
tarian-tarian tradisional Papua begitu nampak. Mulai dari Tarian asmat, tarian
tokok sagu, Yosim Pancar, balada cenderawasih dan lain-lain. Keterlibatan ini
juga bukan sekedar ekspresi biasa, tetapi lebih pada ekspresi yang turut
menyalurkan berbagai makna dan pesan yang tersurat maupun tersirat dalam setiap
gerak tari maupun busananya.
Berbicara tentang perkembangan Perempuan Papua dalam berkreasi sebenarnya sudah banyak. Pada artikel ini Dihai hanya bisa berbagi 5 poin ini karena beberapa hari terakhir ini mereka membuat Dihai bangga ketika melihat perempuan Papua mulai berani mengekspresikan diri dengan apa yang mereka punya. Terlebih, mereka mulai menyadari potensi mereka yang selama ini kurang nampak.
Di akhir artikel ini Dihai ingin kembali menegaskan bahwa Dihai sangat bangga melihat kalian tampil dengan apa yang kalian punya demi dan untuk surga kecil yang terus tersakiti. Bangkitlah kau wahai perempuan Papua. Bernyanyilah kau cenderawasih penepis duka negari surga. Karena langkahmu artikel ini ku goreskan. Selamat Berkarya Perempuan Papua.
Berbicara tentang perkembangan Perempuan Papua dalam berkreasi sebenarnya sudah banyak. Pada artikel ini Dihai hanya bisa berbagi 5 poin ini karena beberapa hari terakhir ini mereka membuat Dihai bangga ketika melihat perempuan Papua mulai berani mengekspresikan diri dengan apa yang mereka punya. Terlebih, mereka mulai menyadari potensi mereka yang selama ini kurang nampak.
Di akhir artikel ini Dihai ingin kembali menegaskan bahwa Dihai sangat bangga melihat kalian tampil dengan apa yang kalian punya demi dan untuk surga kecil yang terus tersakiti. Bangkitlah kau wahai perempuan Papua. Bernyanyilah kau cenderawasih penepis duka negari surga. Karena langkahmu artikel ini ku goreskan. Selamat Berkarya Perempuan Papua.
Beberapa Sumber Bacaan :
[1] Setiadi, M. dkk. Ilmu Sosial Budaya Dasar,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2011), hlm 43 dan 47
[2] Suseno, M. Etika Dasar: Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral.(Yogyakarta: Kanisius,1989), hlm 143
[3]tabloidjubi.com online, edisi 8/30/2016. Ditembak Mati, MRP: Percuma Saja Kami Lahirkan Anak-Anak Papua. Diakses 26/03/2017 pada 3: 44 wib.
[2] Suseno, M. Etika Dasar: Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral.(Yogyakarta: Kanisius,1989), hlm 143
[3]tabloidjubi.com online, edisi 8/30/2016. Ditembak Mati, MRP: Percuma Saja Kami Lahirkan Anak-Anak Papua. Diakses 26/03/2017 pada 3: 44 wib.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar