Setelah sebelumnya
kami membahas tentang busana bawahan wanita suku Hubula berupa Sali
dan Yokal kali ini kami akan membahas lebih luas lagi tentang ragam
aksesoris yang digunakan oleh masyarakat suku Hubula secara keseluruhan.
Dari
artikel ini. Anda akan akui secara langsung setelah membacanya hingga akhir,
bahwa bahan pembuatan berbagai aksesoris tradisional yang dimiliki dan
digunakan oleh masyarakat suku Hubula, hampir semua berasal dari hewan buruan,
tanpa harus bermahal-mahal untuk membeli bergram-gram emas atau perak hanya
untuk sekedar ‘gengsi’. Perhiasan bagi mereka adalah kebanggaan identitas, yang
harganya tak bisa dibandingkan dengan perhiasan pada umumnya. Nilai kebanggaan
dan penghormatan akan identitas budaya dan tradisi dirasa tak bisa
dikalkulasikan dalam angka-angka nominal yang dapat dibayar.
Terdapat
aksesoris yang digunakan khusus oleh kaum pria dan ada pula yang khusus untuk
kaum wanita. Namun, ada beberapa aksesoris yang dapat digunakan oleh pria
maupun wanita.
Dimulai
dari aksesoris yang digunakan pada tubuh kaum pria suku Hubula, pada bagian
kepala terdapat Kare-kare yang menyerupai mahkota dan terbuat
dari bulu burung berwarna merah atau putih. Ada pun Kinisi atau Puali yang
juga merupakan perhiasan kepala yang terbuat dari bulu burung Elang atau Nuri,
atau Bangau Putih. Turun di bagian kening, terdapat Herabuak yang
merupakan perhiasan berwarna putih. Di bagian hidung, terdapat taring Babi yang
mereka sebut Wam Esi. Pada lengan kiri dan kanan, terdapat Yeke
Esi yang berasal dari bulu Anjing. Walimo merupakan
perhiasan di dada yang menyerupai dasi yang terbuat dari kulit kayu. Lalu,
berpindah ke bagian punggung, terdapat Sawusa yang terbuat
dari bulu burung Elang. Ini yang paling terkenal Koteka Penutup kemaluan yang
terbuat dari buah Labu.
Ada pun
aksesoris yang digunakan oleh kaum Wanita suku Hubula, dimana pada bagian
kepala terdapat Holusogom eken serupa mahkota yang terbuat
dari bunga warna Kuning. Turun ke bagian leher dan dada, Zion atau Tipar menjuntai
indah bak dasi yang terbuat dari kulit kayu. Pada bagian bawah, terdapat rok
yang dibagi dalam dua jenis. Jenis pertama yaitu Sali yang
khusus digunakan untuk para gadis, sedangkan jenis yang kedua adalah Yokal untuk
para wanita yang telah berkeluarga. Sali dan Yokal pun telah kami bahas secara
lebih mendalam pada artikel sebelumnya. Ada satu lagi rok yang terbuat dari
rajutan benang asli Noken bernama Pisak Kagalek. Pada lapisan atas
rok, terdapat Yokal Ewe atau Elyem yang
berwarna kuning atau merah.
Selain
aksesoris yang dikenakan pada tubuh secara langsung, ada juga aksesoris
pelengkap yang biasa dipegang langsung oleh masyarakat suku Hubula. Yang sering
terlihat adalah Sege yang berupa tombak panjang berwarna hitam
yang sangat sering dibawa oleh para Pria suku Hubula. Ada pula Sikhe yang
memiliki multi fungsi sebagai alat berburu maupun alat perang berupa busur dan
anak panah. Sikhe seringnya dibawa oleh kaum Pria. Tok-tok adalah
satu dari sekian banyak aksesoris pegangan kaum suku Hubula yang berbentuk
seperti sulak atau kemucing berwarna putih yang bisa dipegang oleh pria maupun
wanita. Yang terakhir adalah Muliage.Bentuknya hampir sama seperti
Tok-tok. Hanya saja, jika Tok-tok berwarna putih, Muliage berwarna hitam karena
terbuat dari bulu Kasuari.
Namun tak
setiap saat masyarakat Hubula mengenakan pakaian tradisional secara lengkap.
Pakaian-pakaian ini hanya mereka gunakan saat upacara adat dan pagelaran
festival kebudayaan. Jika anda ingin melihatnya secara langsung, berfoto,
bahkan ingin mencobanya secara langsung, maka menghadiri FBLB (Festival Budaya
Lembah Baliem) ke-27 adalah momen yang sangat tepat. FBLB ke-27 rencananya akan
dilangsungkan dari tanggal 08-10 Agustus tahun 2016 di distrik Walesi,
kabupaten Jayawijaya dan dilanjutkan dengan karnaval kebudayaan pada tanggal 11
Agustus 2016 di kota Wamena, kabupaten Jayawijaya. Jika tahun-tahun sebelumnya,
para wisatawan harus membayar sejumlah Rupiah dan membayar biaya ‘bawa kamera’
untuk dapat berada di dalam arena festival, maka akan berbeda dengan tahun ini
dimana untuk mengakses arena festival, pemerintah kabupaten Jayawijaya
membebaskan kepada siapa saja untuk masuk ke dalam arena festival dan membawa
kamera secara bebas tanpa dipungut biaya apapun alias GRATIS! Tahun ini pun, akan
ada banyak kejutan dalam pelaksanaan FBLB yang tak pernah ada pada 26 pagelaran
sebelumnya. Penasaran? Jangan ragu-ragu untuk jadi bagian dari Festival Budaya
Lembah Baliem ke-27 tahun 2016. Untuk segala informasi lengkap mengenai
keperluan di wamena, silakan klik link Akomodasi dan Transportasi ini.
Untuk
segala informasi terbaru dan interaksi dengan kami secara langsung, silakan
like Official Fanpage Facebook dan Official Instagram Account kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar