Rabu, 07 Desember 2016

Aksesoris Kebanggaan dari Lembah Baliem


Setelah sebelumnya kami membahas tentang busana bawahan wanita suku Hubula berupa Sali dan Yokal kali ini kami akan membahas lebih luas lagi tentang ragam aksesoris yang digunakan oleh masyarakat suku Hubula secara keseluruhan.
Dari artikel ini. Anda akan akui secara langsung setelah membacanya hingga akhir, bahwa bahan pembuatan berbagai aksesoris tradisional yang dimiliki dan digunakan oleh masyarakat suku Hubula, hampir semua berasal dari hewan buruan, tanpa harus bermahal-mahal untuk membeli bergram-gram emas atau perak hanya untuk sekedar ‘gengsi’. Perhiasan bagi mereka adalah kebanggaan identitas, yang harganya tak bisa dibandingkan dengan perhiasan pada umumnya. Nilai kebanggaan dan penghormatan akan identitas budaya dan tradisi dirasa tak bisa dikalkulasikan dalam angka-angka nominal yang dapat dibayar.
Terdapat aksesoris yang digunakan khusus oleh kaum pria dan ada pula yang khusus untuk kaum wanita. Namun, ada beberapa aksesoris yang dapat digunakan oleh pria maupun wanita.
Dimulai dari aksesoris yang digunakan pada tubuh kaum pria suku Hubula, pada bagian kepala terdapat Kare-kare yang menyerupai mahkota dan terbuat dari bulu burung berwarna merah atau putih. Ada pun Kinisi atau Puali yang juga merupakan perhiasan kepala yang terbuat dari bulu burung Elang atau Nuri, atau Bangau Putih. Turun di bagian kening, terdapat Herabuak yang merupakan perhiasan berwarna putih. Di bagian hidung, terdapat taring Babi yang mereka sebut Wam Esi. Pada lengan kiri dan kanan, terdapat Yeke Esi yang berasal dari bulu Anjing. Walimo merupakan perhiasan di dada yang menyerupai dasi yang terbuat dari kulit kayu. Lalu, berpindah ke bagian punggung, terdapat Sawusa yang terbuat dari bulu burung Elang. Ini yang paling terkenal Koteka Penutup kemaluan yang terbuat dari buah Labu.


Ada pun aksesoris yang digunakan oleh kaum Wanita suku Hubula, dimana pada bagian kepala terdapat Holusogom eken serupa mahkota yang terbuat dari bunga warna Kuning. Turun ke bagian leher dan dada, Zion atau Tipar menjuntai indah bak dasi yang terbuat dari kulit kayu. Pada bagian bawah, terdapat rok yang dibagi dalam dua jenis. Jenis pertama yaitu Sali yang khusus digunakan untuk para gadis, sedangkan jenis yang kedua adalah Yokal untuk para wanita yang telah berkeluarga. Sali dan Yokal pun telah kami bahas secara lebih mendalam pada artikel sebelumnya. Ada satu lagi rok yang terbuat dari rajutan benang asli Noken bernama Pisak Kagalek. Pada lapisan atas rok, terdapat Yokal Ewe atau Elyem yang berwarna kuning atau merah.

Selain aksesoris yang dikenakan pada tubuh secara langsung, ada juga aksesoris pelengkap yang biasa dipegang langsung oleh masyarakat suku Hubula. Yang sering terlihat adalah Sege yang berupa tombak panjang berwarna hitam yang sangat sering dibawa oleh para Pria suku Hubula. Ada pula Sikhe yang memiliki multi fungsi sebagai alat berburu maupun alat perang berupa busur dan anak panah. Sikhe seringnya dibawa oleh kaum Pria. Tok-tok adalah satu dari sekian banyak aksesoris pegangan kaum suku Hubula yang berbentuk seperti sulak atau kemucing berwarna putih yang bisa dipegang oleh pria maupun wanita. Yang terakhir adalah Muliage.Bentuknya hampir sama seperti Tok-tok. Hanya saja, jika Tok-tok berwarna putih, Muliage berwarna hitam karena terbuat dari bulu Kasuari.

Namun tak setiap saat masyarakat Hubula mengenakan pakaian tradisional secara lengkap. Pakaian-pakaian ini hanya mereka gunakan saat upacara adat dan pagelaran festival kebudayaan. Jika anda ingin melihatnya secara langsung, berfoto, bahkan ingin mencobanya secara langsung, maka menghadiri FBLB (Festival Budaya Lembah Baliem) ke-27 adalah momen yang sangat tepat. FBLB ke-27 rencananya akan dilangsungkan dari tanggal 08-10 Agustus tahun 2016 di distrik Walesi, kabupaten Jayawijaya dan dilanjutkan dengan karnaval kebudayaan pada tanggal 11 Agustus 2016 di kota Wamena, kabupaten Jayawijaya. Jika tahun-tahun sebelumnya, para wisatawan harus membayar sejumlah Rupiah dan membayar biaya ‘bawa kamera’ untuk dapat berada di dalam arena festival, maka akan berbeda dengan tahun ini dimana untuk mengakses arena festival, pemerintah kabupaten Jayawijaya membebaskan kepada siapa saja untuk masuk ke dalam arena festival dan membawa kamera secara bebas tanpa dipungut biaya apapun alias GRATIS! Tahun ini pun, akan ada banyak kejutan dalam pelaksanaan FBLB yang tak pernah ada pada 26 pagelaran sebelumnya. Penasaran? Jangan ragu-ragu untuk jadi bagian dari Festival Budaya Lembah Baliem ke-27 tahun 2016. Untuk segala informasi lengkap mengenai  keperluan di wamena, silakan klik link Akomodasi dan Transportasi ini.

Untuk segala informasi terbaru dan interaksi dengan kami secara langsung, silakan like Official Fanpage Facebook dan Official Instagram Account kita.



Ayob Inubat
Ayob Inubat

This is a short biography of the post author. Maecenas nec odio et ante tincidunt tempus donec vitae sapien ut libero venenatis faucibus nullam quis ante maecenas nec odio et ante tincidunt tempus donec.

Tidak ada komentar: