Minggu, 11 Desember 2016

Anak-Anak Papua Membutuhkan Tenaga Guru Untuk Mendidik & Mengajar


anak-sekolah-papua2
Jika kita membicarakan tentang Bumi Papua memang tidak habisnya mungkin sudah banyak yang tahu tentang keindahan alam yang alamiah dan sedikit terjamah oleh pembangunan tangan manusia. Berikut ini adalah beberapa pengalaman menarik yang saya dapatkan selama berkeliaran di Bumi Cenderawasih, bagaimana keadaan kehidupan sosial warga setempat, ada satu hal yang cukup membuat bersedih dan menjadi sebuah ironi karena banyak anak-anak Papua yang tak dapat mengenyam pendidikan sekolah. Sebut saja di daerah Kabupaten Sorong, Timika, Mamberamo, pengunungan Jaya Wijaya, Merauke dan masih banyak daerah lain yang kondisinya sangat memprihatinkan.
Kami membutuhkan pembangunan desa, perbaikan jalan untuk mempermudah alat transportasi guna mencapai tujuan, fasilitas pendidikan juga tidak kalah pentingnya bagi kami, karena bagaimana pun juga kami menginginkan anak-anak tumbuh dalam lingkungan yang berpendidikan dan kami butuh kepedulian dari pemerintah dalam hal sanitasi kesehatan karena banyak penduduk mengeluhkan mengalami sakit, dan lain sebagainya. Sekolah sudah terbangun sedemikan rupa namun kurangnya tenaga pengajar alhasil anak-anak motivasi dalam belajar kian kendor. Itu adalah testimoni dari warga yang bermukim di daerah Asmat. Papua. Ditengah ketidakberdayaan sikap apatis para petinggi negeri.
Seperti kejadian fenomena tentang pendidikan di daerah lain seperti Asmat.  Pembangunan gedung sekolah oleh Pemerintah Kabupaten tidak disertai dengan kehadiran tenaga pendidik, sehingga banyak gedung sekolah yang menganggur tanpa ada aktivitas belajar mengajar. Hampir dipastikan di daerah Asmat sudah berdiri sekolah-sekolah namun terkendala penyebaran tenaga pendidik yang umumnya menumpuk di ibukota distrik dan kabupaten. Dari 117 Sekolah Dasar yang tersebar di 8 Distrik, tercatat 800-an orang guru yang sebagian di antaranya guru kontrak. Masalahnya adalah penyebaran yang tidak merata
Umumnya para guru yang ditempatkan di kampung selalu berdalih tidak ada murid, karena ikut orangtua mereka ke hutan mencari makan. Namun saat ditanyakan kepada kepala kampung, menurut Tuantana, mereka justru mengeluhkan ketiadaan guru sehingga orangtua membawa anak mereka ke hutan. “Harus diakui bahwa guru yang bersalah. Sebagai pegawai negeri harus berada di tempat karena mereka dibayar untuk itu. Justru mereka harus mendekati orangtua dan kepala kampung untuk melarang membawa anak-anak ke hutan, dan bukan guru meninggalkan kampung,” urai Tuantana. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Asmat, Gregorius Tuantana membenarkan kondisi ini sebagai bukti kompleksitas permasalahan pendidikan di Kabupaten Asmat.
Sebagai solusinya adalah memperbaiki sejumlah hal yang menyebabkan guru enggan  untuk tinggal di pedalaman Papua, seperti menyediakan perumahanan yang layak, pembayaran gaji yang lancar selain memberikan tunjangan daerah terpencil. Jadi terkait penempatan guru hanya di daerah kota saja tidak menyentuh pedalaman seharusnya segera diatasi jika sudah menemukan formula yang tepat untuk mengatasi masalah keengganan tenaga guru untuk mengajar di daerah pedalaman & tepencil. Harapan kami kedepannya prioritas utama adalah pendidikan berupa pengadaan buku paket untuk guru dan murid serta membangun fasilitas sekolah, sarana dan prasarana lainnya. Semoga ada perhatian khusus terhadap pendidikan anak-anak Papua. Dan segera diperbantukan dengan hadirnya tenaga pengajar yang berkompeten & mau untuk mengabdi mengajar & mendidik anak-anak Papua yang haus akan dahaga ilmu pengetahuan.


Ayob Inubat
Ayob Inubat

This is a short biography of the post author. Maecenas nec odio et ante tincidunt tempus donec vitae sapien ut libero venenatis faucibus nullam quis ante maecenas nec odio et ante tincidunt tempus donec.

Tidak ada komentar: