Senin, 12 Desember 2016

Indonesia Memakai Isu Asal Papua Gunung Pantai Untuk Memecah Belah Papua

Bedah buku “Gunung versus Pantai dalam perspektif Nilai-nilai Hidup Bersama,” di Gedung UC UGM, Kamis (31/5/2016). (m.faried cahyono/kabarkota.com)


Demo KNPB alias Komisi Nasional Papua Barat pada 15 juni lalu mengertak Indonesia. Jutaan warga Papua di seluruh Papua menyeruhkan suaranya untuk memberi dukungan kepada perjuangan kemerdekaan West Papua, dItambah lagi dengan isu pelanggaran HAM Papua yang diungkit di sidang Dewan HAM PBB di Genewa, Swiss pada 22 juni membakar jenggot Indonesia. Masalah Papua sudah ada di meja yang lebih serius, apalagi jika Papua sudah mendapatkan posisi sebagai anggota penuh MSG (Melanesian Spearhead Group).
Hanya ada satu cara untuk menghentikan langkah Papua merdeka. Langkah tersebut sudah biasa dipakai oleh negara-negara kapitalis di seluruh dunia, langkah tersebut terlihat sangat efektif dan langkah itu selalu berhasil diterapkan dilingkungan masyarakat yang masih terbelakang pemikirannya.
Pada tanggal 24 juni kemarin terdengar kabar bentrok antar kelompok di Jayapura yang diwarnai isu-isu asal muasal. Tetapi beberapa infromasi yang saya terima mengatakan bahwa hal itu sandiwara yang dimainkan Indonesia untuk memecah belah masyarakat Papua berdasarkan asal usul entah gunung, pantai atau lembah bahkan.
Beberapa masyarakat yang berasal dari Indonesia timur lainnya yang memiliki beberapa kesamaan dengan orang Papua digunakan sebagai alat Badan Intelejen dan kepolisian republic Indonesia. Mereka bersandiwara seolah-olah menjadi orang Papua, orang-orang itu digunakan untuk memancing konflik, jika konflik sudah ada, mereka akan kembali menjadi orang non Papua sementara orang Papua asli bermain dalam konflik yang sudah diciptakan tadi.
Masyarakat Papua yang mudah diprovokasi menjadi target utama, hal tersebut disengaja agar Papua runtuh dengan sendirinya karena perpecahan didalam tubuh Papua sendiri.
Satu hal, memang kita ketahui bahwa orang Papua ada yang berasal dari gunung, pantai, lembah hutan, kota dan lain sebagainya, dan sebagai orang Papua seharusnya bersyukur untuk perbedaan yang indah itu. Justru perbedaan itulah yang menjadikan Papua exist dan tentunya perbedaan asal adalah hal yang wajar dan alami, dimanapun diseluruh belahan dunia ada hal itu, tetapi jangan hal yang indah itu dikotori dengan kerakusan akan kekuasaan, rasisme, fasisme dan kebencian.
Jangan justu perbedaan itu digunakan untuk memecah belah kesatuan orang Papua.

Dan juga, isu asal seperti ini hanyalah ciptaan belaka untuk menambah isu perbedaan.Anda tidak akan menemukan cerita Papua gunung pantai di PNG sekalipun.

Kalau Anda pelajari perjuangan RMS (Republik Maluku Selatan), cara yang sama tetapi tidak persis dipakai untuk dengan total mematikan pergerakan RMS. Perbedaan selalu dipakai untuk menciptakan konflik internal, misal perbedaan asal, agama, suku, ras , Bahasa dan banyak sekali perbedaan lainnya. Setelah konflik, RMS langsung kehilangan gigi, NKRI menang, tetapi yang beperang bukan TNI tetapi masyarakat Maluku yang memiliki perbedaan agama kala itu.
Apakah hal yang sama harus terjadi? Apakah perbedaan asal gunung pantai dan lainnya harus menghentikan perjuangan bersama dalam bingkai Papua? Tentu tidak. Kesadaran harus ada dalam diri seluruh rakyat Papua, kesadaran akan pentingnya kesatuan dan bahaya konflik internal. Konflik internal dapat melumpuhkan perjuangan Papua Merdeka, sehingga Papua harus tetap bersatu dan tidak terprovokasi dengan permainan Indonesia.


Ayob Inubat
Ayob Inubat

This is a short biography of the post author. Maecenas nec odio et ante tincidunt tempus donec vitae sapien ut libero venenatis faucibus nullam quis ante maecenas nec odio et ante tincidunt tempus donec.

Tidak ada komentar: