Persoalan Papua
tidak henti-hentinya terus memanas, sampai-sampai Negara Indonesia pusing
mencari solusi paling tepat untuk membuat masyarakat Papua tenang dibawah
naungan Merah Putih. Sejumlah besar tentara dikirim untuk meredam aksi
perjuangan Papua merdeka. Tapi sudah puluhan tahun, cara militer gagal.
Khasus
Tolikara tahun lalu cukup memprihatinkan, mengingat kembali apa yang terjadi di
Maluku tahun 1999 silam. Pada saat itu terjadi perang agama yang mengakhiri
juga perjuangan Republik Maluku Selatan atau RMS.
Sejak menempuh
pendidikan lanjutan di beberapa sekolah di pulau Jawa, Saya mulai menyadari apa
yang sebenarnya terjadi di Maluku kala itu. Banyak teman-teman Saya adalah
korban khasus itu, mereka menceritakan bahwa sebenarnya kerukunan kehidupan
beragama di Maluku sangat baik, namun disayangkan adanya permainan
petinggi-petinggi negara. Dan faktanya juga, pihak yang membawa masalah kesana
bukan berasal dari Maluku, mereka berasal dari luar Maluku seperti Makassar dan
Jawa. Masyarakat asli hanya berjuang untuk mempertahankan diri yang berakhir dengan
perlawanan yang menelan banyak korban.
Ya, peristiwa
itu adalah duka dan noda negara.
Taktik adu
domba bisa kembali dipakai negara untuk meredam perjuangan Papua merdeka. Hal
tersebut wajib kita waspadai.
Saya mengakui
bahwa kerukunan beragama di Papua amat sangat baik, namun, saya juga
menguatirkan migrasi bebas ke Papua dapat mendatangkan kutuk. Orang-orang yang
tidak berniat baik dapat masuk dengan bebas dan merusak kerukunan warga Papua
dengan mengadu domba dan memulai permasalahan yang dibumbui dengan isu agama.
Isu agama
memang panas, sehingga dihimpau kepada seluruh masyarakat yang berdomisi di
Papua untuk tetap mengahargai perbedaan dan hidup berdampingan dengan kasih
sayang.
Tonton video berikut untuk fakta selengkapnya disini...!
Tonton video berikut untuk fakta selengkapnya disini...!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar