Noken dibuat dari serat kulit kayu dan mampu
menahan beban hingga puluhan kilogram.Sejak Desember 2012, Noken, tas rajutan
asal Papua telah ditetapkan UNESCO menjadi salah satu warisan budaya takbenda
dunia. Dan kini noken diusulkan menjadi cinderamata asal Papua atau sebagai
salah satu tas resmi saat pelaksanaan PON ke-20 nanti. Pemerhati budaya Papua,
Yakomina Rumbiak mendukung usulan ini. Menurutnya, langkah ini akan membuat
noken makin dikenal luas.
Karena jika para tamu, turis dan atlet PON 20 di Papua
menggunakan noken, maka secara tidak langsung telah mensosialisasikan budaya
orang Papua ke khalayak luas dan noken akan lestari hingga anak cucu,ujarnya
sebagaimana dikutip kantor berita Antara.
Ia menjelaskan noken bagi warga Papua bukan sekedar tas tetapi menyimpan
nilai yang tinggi. tas tradisional masyarakat Papua ini dibuat dari serat kulit
kayu dan biasa digunakan untuk mengangkut barang dengan menyangkutkannya di
kepala.
Masyarakat Papua biasanya menggunakannya untuk membawa hasil-hasil
pertanian seperti sayuran, umbi-umbian dan juga untuk membawa barang-barang
dagangan ke pasar. Pengakuan UNESCO akan mendorong upaya melindungi dan
mengembangkan warisan budaya Noken, yang dimiliki oleh lebih dari 250 suku
bangsa di Provinsi Papua dan Papua Barat.
"Noken itu bukan saja memiliki nilai budaya, tetapi juga memiliki
nilai sosial, ekonomi dan pemersatu bangsa. Noken oleh orang Papua dimanfaatkan
untuk menyimpan, mengisi dan mengangkut banyak hal mulai dari pakaian, balita,
hasil kebun dan juga bisa dimanfaatkan untuk apa saja," katanya,
Mantan Kepala Museum Negeri Papua itu, juga meminta pihak eksekutif dan legislatif di kabupaten/kota atau Provinsi Papua segera membuat Perda untuk perlindungan dan pelestariannya.
"Misalnya noken hanya bisa dibuat oleh mama-mama Papua (orang Papua), pemasarannya juga harus lewat sanggar atau tempat penjualan milik orang Papua sehingga manfaat ekonominya bisa langsung dirasakan," katanya.
Senada itu, Titus Pekei, salah satu pencetus noken (tas rajutan) menjadi warisan budaya dunia takbenda mengusulkan agar noken menjadi salah satu cinderamata asal Papua, selain benda-benda kearifan lokal lainnya.
"Pemerintah Papua, legislatif (DPR) dan Majelis Rakyat Papua segera prioritas noken agar menjadi cinderamata seperti harapan mama-mama Papua pembuat noken," katanya.
Dengan menjadikan noken sebagai cinderamata berarti secara langsung telah memberdayakan pertumbuhan ekonomi masyarakat Papua, terutama mama-mama pembuat noken.
"Karena mama-mama Papua yang menekuni atau membuat noken akan terbantu dalam hal pemasaran, pemberdayaan ekonomi bangkit. Bangkit, mandiri dan sejahtera sesuai dengan visi-misi Gubernur dan Wakil Gubernur Papua Bapak Lukas Enembe dan Klemen Tinal," katanya. (Antara)
Mantan Kepala Museum Negeri Papua itu, juga meminta pihak eksekutif dan legislatif di kabupaten/kota atau Provinsi Papua segera membuat Perda untuk perlindungan dan pelestariannya.
"Misalnya noken hanya bisa dibuat oleh mama-mama Papua (orang Papua), pemasarannya juga harus lewat sanggar atau tempat penjualan milik orang Papua sehingga manfaat ekonominya bisa langsung dirasakan," katanya.
Senada itu, Titus Pekei, salah satu pencetus noken (tas rajutan) menjadi warisan budaya dunia takbenda mengusulkan agar noken menjadi salah satu cinderamata asal Papua, selain benda-benda kearifan lokal lainnya.
"Pemerintah Papua, legislatif (DPR) dan Majelis Rakyat Papua segera prioritas noken agar menjadi cinderamata seperti harapan mama-mama Papua pembuat noken," katanya.
Dengan menjadikan noken sebagai cinderamata berarti secara langsung telah memberdayakan pertumbuhan ekonomi masyarakat Papua, terutama mama-mama pembuat noken.
"Karena mama-mama Papua yang menekuni atau membuat noken akan terbantu dalam hal pemasaran, pemberdayaan ekonomi bangkit. Bangkit, mandiri dan sejahtera sesuai dengan visi-misi Gubernur dan Wakil Gubernur Papua Bapak Lukas Enembe dan Klemen Tinal," katanya. (Antara)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar