Tujuh puluh
persen karang yang ada di dunia terdapat di Raja Ampat, Papua Barat. Oleh
karena itu, tak heran jika Raja Ampat terkenal di dunia sebagai tempat
menyelam.
“Kalau
menyelam di Raja Ampat, sudah bisa langsung melihat 70 persen karang dunia,”
kata Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sapta Nirwandar dalam jumpa
pers Festival Raja Ampat 2012 di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Jumat
(5/10/2012).
Lebih
spesifik, selain paus, lumba-lumba, dan duyung, di Raja Ampat memiliki lima
jenis penyu, pari, hiu yang unik yaitu Wobbegong dan Kalabia atau hiu berjalan,
kuda laut, ikan endemik ada 15 jenis, kerang-kerangan sampai 699 jenis, ikan
karang sampai 1427 jenis, dan karang keras 553 jenis.
Ia
menjelaskan lumba-lumba bisa dilihat setiap hari. Terutama saat perjalanan dari
Sorong ke Raja Ampat, wisatawan bisa melihat lumba-lumba di perairan lepas. Tak
heran, mata pencaharian masyarakat Raja Ampat adalah nelayan. Namun, masyarakat
setempat memiliki kearifan lokal dengan mengambil ikan menggunakan jala untuk
menjaga kelestarian laut.
Dengan
kekayaan bawah laut yang dimiliki Raja Ampat, kabupaten ini didatangi wisatawan
penggemar selam. Berdasarkan data dari Pemerintah Daerah Kabupaten Raja Ampat,
kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) mencapai 6.178 wisman di tahun 2011.
Angka ini meningkat dibanding tahun 2007 hanya sebesar 1.118 wisman.
Koloni karang di perairan Sapropen, Raja Ampat, Papua Barat,
Sabtu (23/8). Kepulauan Raja Ampat merupakan kawasan segitiga karang dunia
(Coral Triangle) dengan pesona keindahan bawah laut yang menjadi daya tarik
utama wisatawan. ANTARA FOTO/Prasetyo Utomo/ama/14

Gugusan pulau wayag berjejer di Distrik Waigeo Barat Daratan, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat, Rabu, (7/5). Masyarakat adat suku Kawe sebagai pemilik hak ulayat pulau Wayag secara resmi membuka palang pulau wayag yang setahun lebih dipalang dan ditutup untuk tujuan wisata, akibat tidak adanya perhatian pemerintah daerah dan pusat bagi masayarakat pemilik hak ulayat selama pulau wayag dikelola untuk kepentingan pariwisata dalam negeri dan internasional.Antara Foto/Chanry Andrew Suripatty
“Raja Ampat
merupakan daerah baru, usianya baru 9 tahun. Kami baru mempromosikan pariwisata
Raja Ampat sejak tahun 2007,” kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Raja
Ampat Yusdi Lamatenggo.
Wisman
selam di Raja Ampat mayoritas berasal dari Eropa dan Amerika Serikat. Kunjungan
wisman asal Eropa mencapai 48 persen, Amerika Serikat sebesar 31 persen, Asia
sebesar 14 persen, Australia sebesar 6 persen, dan Afrika sebesar 1 persen.
Raja Ampat
terdiri atas 4 pulau besar yaitu Pulau Wageo, Misol, Batanta, dan Salawati.
Selain pula memiliki 1.000 lebih pulau-pulau kecil yang menyimpan keragaman
flora-fauna seperti 540 jenis karang dan lebih dari 1.000 jenis
ikan karang dan 700 jenis moluska. Semua kekayaan ini menjadi daya tarik
pariwisata.
Festival
Raja Ampat sendiri akan berlangsung di Pantai Wisata Waisai, Raja Ampat,
pada 18-21 Oktober 2012. Tahun ini, festival tersebut masuk kali ketiga dan
diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
(Kemenparekraf) bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Raja Ampat,
Provinsi Papua Barat serta stakeholder pariwisata dan ekonomi kreatif.
Paket
wisata juga disiapkan untuk pengunjung festival seperti tur birdwatching dengan
melihat endemik cendrawasih botak dan kasuari, tur diving, tur snorkling, dan
jelajah kampung wisata.
Wisatawan menikmati keindahan alam di sekitar Fiainemo, Raja Ampat, Papua Barat, Sabtu (14/6). Keindahan alam baik permukaan dan bawah laut di lokasi itu mejadi tujuan wisata turis manca negara. ANTARA FOTO/Saptono/Spt/
Selama
festival berlangsung akan digelar serangkaian kegiatan seperti pertunjuan
kesenian dan kreativitas, festival perahu adat, pameran seni kerajinan tangan
tradisional sebagai sumber ekonomi kreatif masyarakat setempat. Ada pula
lomba foto bawah laut, pameran, seminar tentang selam dan wisata
minat khusus, serta hiburan. (kompas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar