Dapat dikatakan sebagai kekecewaan, tetapi juga sekaligus
sebagai sebuah pernyataan berdasarkan penilaian, disampaikan oleh Lt. Gen. TRWP
Amunggut Tabi dari Markas Pusat Pertahanan bahwa orang Papua sudah berhasil
bermain sepak bola secara profesional dalam waktu yang relatif singkat, tetapi
untuk bermain politik secara profesional sudah memakan waktu setengah abad
lebih tetapi masih belum juga belajar apa-apa. Hal itu dikatakan Gen. Tabi
dengan menunjukkan beberapa pernyataan berikut:
Pertama, Boaz Solossa dan teman-temannya, didahului oleh Eduard
Ivakdalam dkk telah belajar banyak bagaimana bermain sepak bola secara
profesional. Satu contoh, pemain sepak bola harus tunduk kepada wasit, kepada
aturan yang ada, kepada kode etik. Bagaimanapun juga, Persipura menganggap
tidak bersalah, tetapi kalau wasit menyalahkan, atau wasit tidak membela, maka
pemain Persipura telah belajar untuk menerima apapun keputusan wasit. Dalam
politik Papua Merdeka, ada aturan yang telah diatur, ada Undang-Undang Revolusi
West Papua, ada aturan-aturan umum revolusi, ada kode etik, yang kebanyakan
tidak diperhatikan oleh aktifis, pejuang dan organ perjuangan Papua Merdeka.
Kita lihat masing-masing organ keluar dengan proyek masing-masing, sangat lucu.
Kalau ada keputusan dari para tua-tua dalam perjuangan, selalu dibantah, selalu
diprotes, selalu membawa ego masing-masing dan memaksakan itu sebagai sesuatu
yang benar, dan yang dilakukan orang lain sebagai pendukung NKRI dan dilakukan
karena disuruh oleh Indonesia.
Kedua, Persipura bermain tidak seperti dulu, tidak mengikuti arus
dan kecepatan lawan. Kebanyakan dalam permainan persipura, mereka selalu
merebut kendali dan mengendalikan permainan. Itu tidak terjadi dalam perjuangan
Papua Merdeka, orang-orang yang menamakan diri pejuang, aktivis, tokoh,
organisasi Papua Merdeka kebanyakan mengikuti irama NKRI, mengikuti bola yang
dilempar oleh NKRI. Kalau mereka disebut TPN/OPM, mereka memanggil diri
TPN/OPM, kalau mereka disebut KSB, mereka menyebut diri KSB, kalau mereka disebut
NKRI teroris, mereka juga berperilaku teroris, kalau Jokowo datang tiap hari ke
Papua, mereka juga ribut membicarakan kedatangan Presiden Kolonial Joko Widodo
ke Tanah Papua. Pejuang Papua Merdeka tidak pernah punya bola sendiri, selalu
mengikuti bola yang dilempar NKRI. Akhirnya apa? Akhirnya bola NKRI diambil
kembali, dikendalikan kembali, digolkan sendiri oleh NKRI, karena permainan
terjadi dalam skenario mereka. Contoh lain, saat Sidang Umum PBB terjadi,
banyak orang Papua berangkat ke Geneva, ke New York, atas nama tokoh Papua,
atas nama tokoh gereja, atas nama tokoh adat, atas nama pejuang HAM. Banyak
pernyataan orang Papua keluarkan menjelang dan selama Sidang Umum PBB setiap
tahun. Begitu juga menjelang Pilkada dalam pemerintah kolonial NKRI, selalu ada
pernyataan-pernyataan dari para pejuang Papua Merdeka. Seolah-olah pekerjaan
mereka adalah Satgas Kontrol Pekerjaan NKRI di Tanah Papua. Ini namanya
Menyambung Lagu NKRI, Memainkan Bola NKRI. Ini Kesalahan FATAL. Bola Papua
Merdeka harus dilempar oleh orang Papua, dikelola dan digiring oleh orang
Papua, dan karena akhirnya kita akan dapat menyelesaikannya. Karena bola kita
sendirilah yang akan dapat diselesaikan oleh orang Papua. Bola Papua Merdeka
sudah bergulir di kawasan Melanesia, lewat PNWP, ULMWP, lewat MSG, lewat
Solomon Islands, lewat Vanuatu, lewat PIF dan lewat PBB. Permainan kita sudah
canggih, sudah mendunia. Tetapi masih ada saja orang Papua yang ketinggalan
zaman, yang tiba-tiba muncul di New York, tiba-tiba bawa pokok doa ke Obama, tiba-tiba
mendaftarkan isu West Papua ke New York, tiba-tiba bisik krii, bisik kanan
gosip selalu ada, seolah-olah perjuangan Papua Merdeka itu sebuah cerita
mistik, sebuah berita gaib. Bukan begitu! Tinggalkan cara itu! Itu cara
kampungan! Itu cara orang kalah! Kita sudah harus mendukung ULMWP, bukan hanya
dengan demo-demo dan ibadah syukuran, tetapi lebih-lebih dengan dana dan
dukugna secara politik. Kita harus mulai belajar dan tunduk kepada
Undang-Undang Revolusi West Papua, karena UURWP ini telah disahkan oleh
Parlemen Nasional West Papua (PNWP) milik bangsa Papua, kita juga harus tunduk
kepada UURWP karena inilah Undang-Undang yang akan diikuti oleh ULMWP setelah
mereka ratifikasi/ terima dan sahkan. (Baca ini: Undang-Undang Revolusi West
Papua) UURWP sudah harus diwacanakan, dijelaskan, dipelajari, dan akhirnya
dilaksanakan oleh semua orang Papua, oleh semua organ perjuangan Papua Merdeka.
Setelah itu baru kita akan mengajak bangsa lain, perusahana asing, termasuk
NKRI untuk tunduk kepada UU yang dimiliki oleh tanah dan bangsa Papua. Tanah
dan bangsa Papua sudah lama tidak punya Hukum Positif negara-bangsa yang
mengatur kita semua. Kita hanya menggunakan hukum adat, hukum organisasi dan
kode-etik secara terbatas, di masing-masing kelompok, berdasarkan anutan
masing-masing. Kini untuk pertama kali dalam sejarah, kita memiliki sebuah
standar hukum positif yang sudah secara legal disahkan oleh lembaga PNWP dan
akan disusul oleh ULMWP. Sangat rugi dari waktu dan tenaga, secara politik dan
hukum kalau kita habskan waktu dan tenaga membahas pelanggaran UU NKRI, baik
yang dilanggar oleh orang Indonesia ataupun oleh orang Papua, yaitu UU yang
menjajah tanah dan bangsa Papua sementara UU yang diatur oleh orang Papua
sendiri, yang sidahkan oleh wadah perjuangan Papua Merdeka sendiri, yang
mengatur dan membela eksistensi dan hak-hak Tanah dan bangsa Papua tidak
dibahas dan tidak ditaati. Bola orang Papua, bola asli bangsa Papua ialah “bola
Papua Merdeka!”, bola PNWP, bola ULMWP, bola MSG, bola Komite Dekolonisasi PBB,
bola PBB, bola lewat UURWP. Bagi yang memainkan bola NKRi, kita sudah jelas
tahu akan kalah. Mari kita berharis di belakang PNWP, ULMWP dan MSG, menuju
West Papua yang merdeka dan berdaulat di luar NKRI. Bagi yang menentang
realitas politik ini, bagi yang menganggap kemajuan ini sebaliknya, mari kita
sadar penuh, bahwa itu adalah murni anggapan NKRI, karena jelas NKRI tidak mau
ada PNWP, tidak mau ada ULMWP, tidak mau ada MSG, tidak mau West Papua menjadi
bagian dari Melanesia. Lihat: Visi dan Tujuan Negara West Papua oleh TRWP.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar