Apakah anda bangga menjadi perempuan Papua? Ketika anda mendengar
pertanyaan ini anda akan menjawab. Anda bangga. Jawaban ini benar, tetapi
bagaimana jika sikap dan tindakan anda menunjukan. Anda tidak lagi bangga
menjadi perempuan Papua.
Beberapa kali
saya pantau di Media sosial. Sebut saja Facebook, instagram, twitter, dan
sebagainya.
Sedikit dari
sekian banyak perempuan Papua meribonding rambut keritingnya. Bukan hanya
itu, mereka (perempuan Papua) juga beranggapan cantik itu harus putih dan berambut
Panjang. Bagi saya pandangan dan sikap ini salah.
Persoalan utama
yang akan saya bahas diartikel ini. Bukan untuk melarang perempuan Papua
tampil cantik atau pun melarang hak pribadinya untuk mengekspresikan
diri. Pada dasarnya perempuan wajib dan harus menjaga penampilanya.
Dan lebih
tepatnya lagi persoalan yang saya akan singgung di sini. Cantik itu tidak
selalu berambut panjang, berambut sambung, dan berkulit putih. Dengan
demikian Catatan penting dari isi tulisan ini . Bukan bermaksud rasis.
Apa yang
salah dari perempuan Papua?
Secara psikologis
saya yakin mindset perempuan Papua saat ini sudah teracuni dengan berbagai
produk kecantikan di iklan TV. Sebut saja citra, biore, nivea, makarizo,
ribonding, dan yang terakhir rambut sambung.
Ketika menonton
Tv saya pribadi sering bertanya. Produk-produk semacam ini ditayangkan seakan
perempuan berkulit hitam dan berambut keriting tidak bernilai, alias
tidak cantik.
Selain itu saya
sering bertanya apakah orang yang menayangkan iklan tersebut, tidak mengetahui.
Beberapa pulau di negara ini dihuni bangsa melanesia ras negroid.
Soalnya, jika
kita ingin bertindak adil. Alasan mayoritas dan minoritas di negeri ini
tidak dapat dijadikan tolok ukur untuk menayangkan iklan-iklan tersebut
dengan tujuan mempromosikan produk- produk itu.
Sampai di sini
saya simpulkan. Mungkin benar minoritas harus mengikuti mayoritas. Hal ini
karena perempuan Papua pun mulai bangga jika rambutnya disambung, diribonding ,
dan bangga jika kulitnya putih.
Ini artinya,
perempuan Papua pun bangga menggantukan indentitasnya pada produk-produk
itu. Akhirnya, saya sendiri yang di permalukan.
Saya melakukan
semua itu atas uang pribadi dan apa yang saya mau lakukan terhadap diri saya
adalah hak saya. Bahasa gaulnya, "hak gua ko diurusin".
Tanggapan
seperti ini benar. Bahkan sangat baik dan benar. Perlu anda ingat, saya juga
tidak bermaksud untuk membatasinya. Saya hanya ingin menyampaikan "cantik
itu tidak selalu putih dan berambut panjang. Seperti yang anda sering
temui diiklan.
Saya menyinggung
ini karena sadar atau tidak sadar. Ada menjadi konsumen terhadap
produk-produk itu. Bukan hanya konsumen, tetapi anda menjadi penyumbang
pendapatan mereka. Lebih jauh lagi. Anda malu dengan takdir anda sebagai
seorang wanita berkulit hitam dan berambut keriting.
Perempuan Papua yang cantik versi saya
Foto Facebook Roberta Muyapa
Sejak
kecil saya sering mendengar dua frasa yang sering digunakan untuk
menggambarkan seorang perempuan yang elok dari sisi warna kulitnya. Hitam manis
dan putih mulus.
Menurut hemat saya, selama anda bisa di pandang hitam manis, mengapa anda mencari ungkapan putih mulus. Apakah anda kurang puas?
Menurut hemat saya, selama anda bisa di pandang hitam manis, mengapa anda mencari ungkapan putih mulus. Apakah anda kurang puas?
Jika
anda memiliki sedikit waktu. Silahkan menjawab pertanyaan di atas.
Dari
dua frasa di atas yang lebih dominan di gunakan dalam ungkapan para pangeran.
Frasa hitam manis. Bukan putih manis. Soalnya frasa putih manis hanya ada
di merek susu kaleng. Sebut saja " susu kental manis".
Selain itu saya pribadi berpandangan. Perempuan Papua akan terlihat natural ketika berkreasi dengan apa adanya. Dalam artian tidak menjadikan produk- produk itu sebagai tolok ukur cantik atau tidaknya anda.
Mana faktanya?
Setelah saya membaca beberapa artikel. Saya ketahui bahwa di wilayah asia seperti Indonesia misalnya. Definisi seorang perempuan yang cantik, kulitnya harus putih dan rambutnya panjang terurai. Jangan heran beberapa perempuan Papua pun termasuk di dalamnya.
Setelah itu saya melangkah lagi ke eropa. Ternyata di beberapa negara eropa banyak perempuan yang berlomba-lomba untuk menghitamkan kulitnya.
Seperti yang disinggung di atas. Jangan heran, jika perempuan asia berusaha belindung dari panas matahari, maka para perempuan di eropa akan berjemur di bawa panas matahari, untuk menghitamkan kulitnya. Jangan jauh- jauh, lihat saja di pantai kuta Bali. Mereka akan berjemur di bawa panas matahari dengan tubuh terbungkus bikini.
Anda masih kurang yakin? Berikut saya kutif pendapat Dr. Gloria Novelita, SpKK dari liputan6.com.
Selain itu saya pribadi berpandangan. Perempuan Papua akan terlihat natural ketika berkreasi dengan apa adanya. Dalam artian tidak menjadikan produk- produk itu sebagai tolok ukur cantik atau tidaknya anda.
Mana faktanya?
Setelah saya membaca beberapa artikel. Saya ketahui bahwa di wilayah asia seperti Indonesia misalnya. Definisi seorang perempuan yang cantik, kulitnya harus putih dan rambutnya panjang terurai. Jangan heran beberapa perempuan Papua pun termasuk di dalamnya.
Setelah itu saya melangkah lagi ke eropa. Ternyata di beberapa negara eropa banyak perempuan yang berlomba-lomba untuk menghitamkan kulitnya.
Seperti yang disinggung di atas. Jangan heran, jika perempuan asia berusaha belindung dari panas matahari, maka para perempuan di eropa akan berjemur di bawa panas matahari, untuk menghitamkan kulitnya. Jangan jauh- jauh, lihat saja di pantai kuta Bali. Mereka akan berjemur di bawa panas matahari dengan tubuh terbungkus bikini.
Anda masih kurang yakin? Berikut saya kutif pendapat Dr. Gloria Novelita, SpKK dari liputan6.com.
Khususnya
di asia, misalnya di Indonesia "Kulit putih masih menjadi tolak ukur untuk
menilai kecantikan dari seorang wanita. Dampak dari persepsi yang salah membuat
sejumlah wanita berani menempuh beragam cara agar dapat memiliki kulit putih.
Mulai
dari suntik vitamin C, suntik DNA, dan sejumlah jenis suntik lainnya rela
mereka lakukan agar mendapatkan kulit putih berseri.
Dari
penjelasan ini saya harap anda bisa memahami. Sekurang-kurangnya anda
dapat memposisikan diri anda sebagai perempuan Papua yang natural.
Pengunan produk pemutih, ribonding rambut, dan rabut palsu bukan menjadi
patokan cantik atau tidaknya anda.
Kenyataanya jika mayoritas orang asia memandang cantik atau tidaknya seorang perempuan dari putih kulitnya. Di eropa banyak wanita yang mengingingkan kulitnya hitam.
Apa solusinya?
Pertama cantik atau tidaknya anda bukan dari anda menggunakan rambut palsu, pemutih kulit, ribonding rambut, tetapi bagaiman anda tampil natural tanpa menggantungkan kecantikan anda pada sebuah produk. Anda mungkin malu dan tidak puas dengan rambut keriting dan kulit hitam anda, tetapi di luar sana banyak orang yang berlomba-lomba menghitamkan kulitnya dan mengkeritingkan rambut lurusnya.
Kedua setelah membaca artikel ini. Anda dapat menentukan. Ingin seperti perempuan eropa atau perempuan asia khususnya Indonesia, yang untuk menjaga kemulusan kulitnya. Takut terkena panas matahari.
Ketiga saya yakin anda perna mendengar ungkapan seperti " yang original itu pasti mahal /kualitasnya terbukti" jika perna, rawat rambut dan kulit anda sebaik mungkin. Saat ini anda memulai meskipun lama saya yakin rambut anda akan panjang dan kulit anda akan hitam manis, bahkan hitam mulus.
Perawatan rambut dan kulit anda dalam waktu yang lama juga dapat menentukan keoriginalan rambut dan kulit anda. Karena yang ORI sudah pasti mahal, teruji, dan prosesnya lama. Jadi bukan sehari sudah rambut panjang. Karena yang murahan, cepat, dan mudah. Sudah pasti bajakan.
Keempat anda adalah perempuan Papua yang melahirkan saya. Sebagai seorang ibu anda bisa tunjukan kepada saya sebagai anak. Anda bukan mengejar jalan pintas tapi kedewasaan dan jiwa keibuan yang perna ada pada mama-mama Papua sebelumnya.
JIka anda seorang perempuan Papua yang membaca artikel ini. Sekarang anda dapat menentukan pilihan anda. Apakah anda ingin terus menggantungkan kecantikan anda pada sambung rambut, ribonding rambut, dan komestik pemutih kulit lainya. Atau ada akan menggunakannya sebagai pelengkap kecantikan natural anda.
Kenyataanya jika mayoritas orang asia memandang cantik atau tidaknya seorang perempuan dari putih kulitnya. Di eropa banyak wanita yang mengingingkan kulitnya hitam.
Apa solusinya?
Pertama cantik atau tidaknya anda bukan dari anda menggunakan rambut palsu, pemutih kulit, ribonding rambut, tetapi bagaiman anda tampil natural tanpa menggantungkan kecantikan anda pada sebuah produk. Anda mungkin malu dan tidak puas dengan rambut keriting dan kulit hitam anda, tetapi di luar sana banyak orang yang berlomba-lomba menghitamkan kulitnya dan mengkeritingkan rambut lurusnya.
Kedua setelah membaca artikel ini. Anda dapat menentukan. Ingin seperti perempuan eropa atau perempuan asia khususnya Indonesia, yang untuk menjaga kemulusan kulitnya. Takut terkena panas matahari.
Ketiga saya yakin anda perna mendengar ungkapan seperti " yang original itu pasti mahal /kualitasnya terbukti" jika perna, rawat rambut dan kulit anda sebaik mungkin. Saat ini anda memulai meskipun lama saya yakin rambut anda akan panjang dan kulit anda akan hitam manis, bahkan hitam mulus.
Perawatan rambut dan kulit anda dalam waktu yang lama juga dapat menentukan keoriginalan rambut dan kulit anda. Karena yang ORI sudah pasti mahal, teruji, dan prosesnya lama. Jadi bukan sehari sudah rambut panjang. Karena yang murahan, cepat, dan mudah. Sudah pasti bajakan.
Keempat anda adalah perempuan Papua yang melahirkan saya. Sebagai seorang ibu anda bisa tunjukan kepada saya sebagai anak. Anda bukan mengejar jalan pintas tapi kedewasaan dan jiwa keibuan yang perna ada pada mama-mama Papua sebelumnya.
JIka anda seorang perempuan Papua yang membaca artikel ini. Sekarang anda dapat menentukan pilihan anda. Apakah anda ingin terus menggantungkan kecantikan anda pada sambung rambut, ribonding rambut, dan komestik pemutih kulit lainya. Atau ada akan menggunakannya sebagai pelengkap kecantikan natural anda.
Mulailah
meninggalkan jalan pintas yang biasa anda tempuh. Jika ingin hitam manis dan
berambut panjang rawatlah dari sekarang.
Terlepas dari isi artikel ini. Saya hanya menulis pandangan saya terhadap fenomena saat ini. Pilihannya ada pada diri anda sendiri. Selain itu perlu untuk anda ketahui saya menulis artikel ini berangkat dari kecintaan saya terhadap perempuan Papua yang melahirkan, membesarkan dan mencintai saya.
Setelah
membaca artikel ini. Apa pendapat anda? Makian dan cacian dari anda pun, saya
telah memutuskan untuk menerimanya.
Penulis : Ayob Tabuni
Tidak ada komentar:
Posting Komentar