Jakarta - Ada dua buah televisi swasta nasional yang intensif
menayangkan film dokumenter terkait dengan Papua. Film dokumenter pertama
adalah Insight Papua yang ditayangkan setiap Sabtu pada pukul 14.05 WIB di
Metro TV, yang tidak salah akan berakhir pada bulan September 2013 ini serta
film dokumenter yang disiarkan oleh TV One yang kalau tidak salah sudah
berakhir sejak Agustus 2013.
Pemutaran kedua film dokumenter tersebut, ada kemungkinan
untuk "mengimbangi" pemberitaan terkait Papua yang selama ini
dirasakan kurang memihak kepada kepentingan nasional, sehingga pemahaman
masyarakat awam di dalam negeri apalagi di luar negeri terkait dengan Papua
sangat minim, yang dikhawatirkan mereka dapat dengan mudah diprovokasi pihak
tertentu untuk kepentingan pragmatis mereka ke depan.
Selama ini,
pemberitaan soal Papua khususnya yang dilakukan oleh media massa asing baik
cetak ataupun radio selalu memberitakan masalah-masalah negatif yang terjadi di
Papua. Seperti yang dilakukan ABC Australia yang mendapat laporan bahwa enam
warga Papua, Indonesia, telah melarikan diri ke Pulau Boigu di kawasan Selat
Torres, Australia. Menurut aktivis Ruben Blake, yang sebelumnya ambil bagian
dalam pelayaran Freedom Flotilla ke Papua, menjelaskan keenam warga Papua
tersebut ; menjadi target operasi militer Indonesia yang terus mengejar para
pendukung kemerdekaan Papua. "Keenam orang itu harus melarikan diri, dan
kami bisa pastikan mereka sudah pergi," kata Blake, "Tapi kami tidak
tahu kemana tujuan mereka". Ia menduga, enam warga Papua yang tiba di
Pulau Boigu adalah orang sama yang dikejar pihak militer Indonesia. ABC masih
mencoba mengkonfirmasi informasi kedatangan warga Papua tersebut kepada pihak
Departemen Imigrasi Australia.
Pemberitaan
media massa seperti yang dilakukan ABC tersebut pada dasarnya dalam konteks
analisis wacana berita media massa, maka mereka kemungkinan secara sengaja
melakukan missrepresentasi atau kesalahan penggambaran yang terjadi dalam
menulis fakta. Indikasi terjadi misrepresentasi dari berita tersebut yaitu, terjadinya
ekskomunikasi atau seseorang atau kelompok dikeluarkan dari pembicaraan public
serta eksklusi atau bagaimana seseorang atau kelompok dikucilkan dalam
pembicaraan. Bahkan juga telah terjadi marjinalisasi dalam berita tersebut
seperti melakukan penggambaran yang buruk terhadap kelompok lain
melalui eufemisme (penghalusan makna), disfemisme (pemakaian bahasa
pengasaran), labelisasi dan stereotype.
Buktinya
adalah ABC tidak berusaha mewawancarai otoritas yang dapat dianggap mewakili
kepentingan pihak pemerintah RI seperti Kemenlu RI, aparat kepolisian bahkan
humas Pemprov Papua terkait berita tersebut apakah benar atau tidak, sehingga
tidak hanya mendasarkan kepada pernyataan aktivis bernama Ruben Blake
semata-mata.
Padahal
faktanya, hampir semua negara yang beradab tidak akan pernah mendukung gerakan
separatis ataupun teroris yang terjadi dalam sebuah negara yang berdaulat,
karena dukungan sebuah negara terhadap gerakan separatis berarti sama dengan
mencederai semangat dan hubungan internasional yang berimbang dan setara
kepentingannya.
Apalagi
adalah sebuah fakta jika kemudian mereka yang mengikuti OPM tidak hanya
mendapatkan sanksi hukum di dalam negeri, bahkan di luar negeri juga
mendapatkan sanksi hukum yang cukup berat, seperti misalnya yang terjadi pada
diri Gerard Michael Little, warga Melbourne, Australia, divonis bersalah dan
dijatuhi hukum tujuh bulan penjara di pengadilan negeri Kota Brisbane, Kamis
(26/9/2013) dengan tuduhan mempersiapkan diri menjadi tentara bayaran untuk
Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Namun,
karena vonis itu sejalan dengan lamanya masa tahanan, ia langsung dibebaskan.
Little, 46 tahun, yang dilatih untuk menjadi tentara bayaran untuk melawan
militer dan polisi Indonesia di Papua, dinyatakan bersalah karena mempersiapkan
diri untuk menerobos ke negara lain. Ia ditangkap saat akan terbang ke ibukota
Papua Nugini, Port Moresby, Desember lalu. Sejak itu, ia ditahan dan menjalani
proses persidangan. Little pernah menjalani pelatihan militer lima hari di
Ukraina, dan sesumbar di media sosial bahwa dirinya berpangkat Kolonel di
gerakan OPM. Hakim Douglas McGill mengatakan, upaya Little untuk menjadi
pejuang kemerdekaan hanyalah fantasi. Masa tahanan selama 218 hari, kata Hakim
McGill, sudah lebih lama dari vonis yang dijatuhkan atas perbuatannya itu.
Insight Papua
Sebagai
salah satu penggemar film dokumenter dan sekarang sedang aktif mengikuti
perkembangan komunikasi massa yang terjadi di tengah masyarakat, penulis sangat
tertarik untuk melakukan critical review terhadap film dokumenter insight Papua
ini, apalagi film-film dokumenter seperti ini jarang ditemui oleh masyarakat,
sehingga bagaimana permasalahan dan perkembangan yang dialami Papua masih sulit
ditemukan semacam referensi yang dapat dipertanggungjawabkan. Film dokumenter
“Insight Papua” diharapkan dapat menjadi sumber referensi dan dokumentasi yang
jujur dalam menggambarkan situasi dan kondisi yang terjadi di Papua.
Dari
kurang lebih 13 episode film dokumenter tentang "Insight Papua" yang
ditayangkan di Metro TV tersebut, masyarakat awam akan semakin mudah memahami
bahwa sebenarnya situasi dan kondisi keamanan di Papua benar-benar sudah sangat
kondusif, karena berbagai pekerja yang harus pulang malam dan naik ojek pun
ternyata dapat sampai di rumah mereka dengan aman. Disamping itu, kegiatan
pariwisata juga tidak terganggu dengan situasi keamanan yang terjadi, seperti
dikemukakan sejumlah turis asing yang mengunjungi Raja Ampat yang diliput tim
Insight Papua.
Paul
turis dari Jerman, Fabreece turis dari Perancis bahkan salah seorang turis dari
Italia senada menyatakan Papua adalah daerah yang memiliki pariwisata indah dan
rasa aman, masyarakatnya bersahabat dan kearifan lokalnya yang baik. Turis dari
Italia dalam tayangan tersebut bahkan menyatakan "dirinya sudah 4 tahun
berada di Papua, karena istrinya bekerja di Papua dan selama itu tidak ada
gangguan apapun terhadap dia dan keluarganya".
Dari
tayangan Insight Papua tersebut juga ada gambaran bagaimana masyarakat Papua
terutama generasi mudanya mempertahankan kearifan lokal, nilai budaya dan adat
istiadatnya dimanapun juga, termasuk mereka yang bersekolah di Sawangan, Bogor.
Masyarakat Papua juga memiliki nilai budaya yang bernama “satu tungku tiga
batu” atau upacara bakar batu yang dilakukan di Distrik Kurulu, Kabupaten
Jayawijaya dimana nilai budaya ini seringkali dapat menjaga nilai pluralisme di
Papua, bahkan nilai budaya ini seringkali dijadikan mekanisme mediasi untuk
menyelesaikan konflik yang terjadi di Papua.
Beberapa
kalangan yang selama ini menggambarkan ekonomi di Papua yang kurang maju
ataupun terjadi friksi antara pendatang dan warga asli Papua
juga ternyata tidak benar, karena melalui Insight Papua ini kita
dapat gambaran bagaimana ekonomi Papua sudah maju ditandai dengan adanya Jayapura
Mall ataupun Wamena Mall, bahkan di Pasar Jibama, Wamena Papua, pendatang dan
warga asli yang berprofesi sebagai pedagang dapat berusaha dan bekerjasama satu
sama lainnya dengan harmonis. Tayangan Insight Papua benar-benar dapat
menggambarkan eksotisme Papua itu sendiri. Oleh karena itu, benar apa yang
dikatakan Balthasar Kambuaya dalam edisi "Belajar Dari Papua" bahwa
ke depan orang Papua harus dikenal karena kekuatan otaknya atau "brain
power" nya. (Herdiansyah Rahman /kw)
Herdiansyah
Rahman adalah peneliti senior di Lembaga Analisa Politik dan Demokrasi.
Pemerhati masalah film, media cetak, elektronik, sosial media dan situs online.
Tinggal di Jakarta.
Mulai 30 September-11 Oktober ini, Citizen6 mengadakan program menulis
bertopik "Oleh-oleh Khas Kotaku". Ada merchandise eksklusif bagi 6
artikel terpilih. Syarat dan ketentuan bisa disimak di sini.
Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar
kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan,
wisata,
social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar