Jumat, 03 Maret 2017

Papua dalam Sorotan Berita dan Film Dokumenter

 Foto Facebook Alfredy Yoman


Jakarta - Ada dua buah televisi swasta nasional yang intensif menayangkan film dokumenter terkait dengan Papua. Film dokumenter pertama adalah Insight Papua yang ditayangkan setiap Sabtu pada pukul 14.05 WIB di Metro TV, yang tidak salah akan berakhir pada bulan September 2013 ini serta film dokumenter yang disiarkan oleh TV One yang kalau tidak salah sudah berakhir sejak Agustus 2013.
Pemutaran kedua film dokumenter tersebut, ada kemungkinan untuk "mengimbangi" pemberitaan terkait Papua yang selama ini dirasakan kurang memihak kepada kepentingan nasional, sehingga pemahaman masyarakat awam di dalam negeri apalagi di luar negeri terkait dengan Papua sangat minim, yang dikhawatirkan mereka dapat dengan mudah diprovokasi pihak tertentu untuk kepentingan pragmatis mereka ke depan.

Selama ini, pemberitaan soal Papua khususnya yang dilakukan oleh media massa asing baik cetak ataupun radio selalu memberitakan masalah-masalah negatif yang terjadi di Papua. Seperti yang dilakukan ABC Australia yang mendapat laporan bahwa enam warga Papua, Indonesia, telah melarikan diri ke Pulau Boigu di kawasan Selat Torres, Australia. Menurut aktivis Ruben Blake, yang sebelumnya ambil bagian dalam pelayaran Freedom Flotilla ke Papua, menjelaskan keenam warga Papua tersebut ; menjadi target operasi militer Indonesia yang terus mengejar para pendukung kemerdekaan Papua. "Keenam orang itu harus melarikan diri, dan kami bisa pastikan mereka sudah pergi," kata Blake, "Tapi kami tidak tahu kemana tujuan mereka". Ia menduga, enam warga Papua yang tiba di Pulau Boigu adalah orang sama yang dikejar pihak militer Indonesia. ABC masih mencoba mengkonfirmasi informasi kedatangan warga Papua tersebut kepada pihak Departemen Imigrasi Australia.

Pemberitaan media massa seperti yang dilakukan ABC tersebut pada dasarnya dalam konteks analisis wacana berita media massa, maka mereka kemungkinan secara sengaja melakukan missrepresentasi atau kesalahan penggambaran yang terjadi dalam menulis fakta. Indikasi terjadi misrepresentasi dari berita tersebut yaitu, terjadinya ekskomunikasi atau seseorang atau kelompok dikeluarkan dari pembicaraan public serta eksklusi atau bagaimana seseorang atau kelompok dikucilkan dalam pembicaraan. Bahkan juga telah terjadi marjinalisasi dalam berita tersebut seperti melakukan  penggambaran yang buruk terhadap kelompok lain melalui eufemisme (penghalusan makna), disfemisme (pemakaian bahasa pengasaran), labelisasi dan stereotype.

Buktinya adalah ABC tidak berusaha mewawancarai otoritas yang dapat dianggap mewakili kepentingan pihak pemerintah RI seperti Kemenlu RI, aparat kepolisian bahkan humas Pemprov Papua terkait berita tersebut apakah benar atau tidak, sehingga tidak hanya mendasarkan kepada pernyataan aktivis bernama Ruben Blake semata-mata.

Padahal faktanya, hampir semua negara yang beradab tidak akan pernah mendukung gerakan separatis ataupun teroris yang terjadi dalam sebuah negara yang berdaulat, karena dukungan sebuah negara terhadap gerakan separatis berarti sama dengan mencederai semangat dan hubungan internasional yang berimbang dan setara kepentingannya.

Apalagi adalah sebuah fakta jika kemudian mereka yang mengikuti OPM tidak hanya mendapatkan sanksi hukum di dalam negeri, bahkan di luar negeri juga mendapatkan sanksi hukum yang cukup berat, seperti misalnya yang terjadi pada diri Gerard Michael Little, warga Melbourne, Australia, divonis bersalah dan dijatuhi hukum tujuh bulan penjara di pengadilan negeri Kota Brisbane, Kamis (26/9/2013) dengan tuduhan mempersiapkan diri menjadi tentara bayaran untuk Organisasi Papua Merdeka (OPM). 

Namun, karena vonis itu sejalan dengan lamanya masa tahanan, ia langsung dibebaskan. Little, 46 tahun, yang dilatih untuk menjadi tentara bayaran untuk melawan militer dan polisi Indonesia di Papua, dinyatakan bersalah karena mempersiapkan diri untuk menerobos ke negara lain. Ia ditangkap saat akan terbang ke ibukota Papua Nugini, Port Moresby, Desember lalu. Sejak itu, ia ditahan dan menjalani proses persidangan. Little pernah menjalani pelatihan militer lima hari di Ukraina, dan sesumbar di media sosial bahwa dirinya berpangkat Kolonel di gerakan OPM. Hakim Douglas McGill mengatakan, upaya Little untuk menjadi pejuang kemerdekaan hanyalah fantasi. Masa tahanan selama 218 hari, kata Hakim McGill, sudah lebih lama dari vonis yang dijatuhkan atas perbuatannya itu.

Insight Papua

Sebagai salah satu penggemar film dokumenter dan sekarang sedang aktif mengikuti perkembangan komunikasi massa yang terjadi di tengah masyarakat, penulis sangat tertarik untuk melakukan critical review terhadap film dokumenter insight Papua ini, apalagi film-film dokumenter seperti ini jarang ditemui oleh masyarakat, sehingga bagaimana permasalahan dan perkembangan yang dialami Papua masih sulit ditemukan semacam referensi yang dapat dipertanggungjawabkan. Film dokumenter “Insight Papua” diharapkan dapat menjadi sumber referensi dan dokumentasi yang jujur dalam menggambarkan situasi dan kondisi yang terjadi di Papua.

Dari kurang lebih 13 episode film dokumenter tentang "Insight Papua" yang ditayangkan di Metro TV tersebut, masyarakat awam akan semakin mudah memahami bahwa sebenarnya situasi dan kondisi keamanan di Papua benar-benar sudah sangat kondusif, karena berbagai pekerja yang harus pulang malam dan naik ojek pun ternyata dapat sampai di rumah mereka dengan aman. Disamping itu, kegiatan pariwisata juga tidak terganggu dengan situasi keamanan yang terjadi, seperti dikemukakan sejumlah turis asing yang mengunjungi Raja Ampat yang diliput tim Insight Papua. 

Paul turis dari Jerman, Fabreece turis dari Perancis bahkan salah seorang turis dari Italia senada menyatakan Papua adalah daerah yang memiliki pariwisata indah dan rasa aman, masyarakatnya bersahabat dan kearifan lokalnya yang baik. Turis dari Italia dalam tayangan tersebut bahkan menyatakan "dirinya sudah 4 tahun berada di Papua, karena istrinya bekerja di Papua dan selama itu tidak ada gangguan apapun terhadap dia dan keluarganya".

Dari tayangan Insight Papua tersebut juga ada gambaran bagaimana masyarakat Papua terutama generasi mudanya mempertahankan kearifan lokal, nilai budaya dan adat istiadatnya dimanapun juga, termasuk mereka yang bersekolah di Sawangan, Bogor. Masyarakat Papua juga memiliki nilai budaya yang bernama “satu tungku tiga batu” atau upacara bakar batu yang dilakukan di Distrik Kurulu, Kabupaten Jayawijaya dimana nilai budaya ini seringkali dapat menjaga nilai pluralisme di Papua, bahkan nilai budaya ini seringkali dijadikan mekanisme mediasi untuk menyelesaikan konflik yang terjadi di Papua.

Beberapa kalangan yang selama ini menggambarkan ekonomi di Papua yang kurang maju ataupun terjadi friksi antara pendatang dan warga asli Papua juga  ternyata tidak benar, karena melalui Insight Papua ini kita dapat gambaran bagaimana ekonomi Papua sudah maju ditandai dengan adanya Jayapura Mall ataupun Wamena Mall, bahkan di Pasar Jibama, Wamena Papua, pendatang dan warga asli yang berprofesi sebagai pedagang dapat berusaha dan bekerjasama satu sama lainnya dengan harmonis. Tayangan Insight Papua benar-benar dapat menggambarkan eksotisme Papua itu sendiri. Oleh karena itu, benar apa yang dikatakan Balthasar Kambuaya dalam edisi "Belajar Dari Papua" bahwa ke depan orang Papua harus dikenal karena kekuatan otaknya atau "brain power" nya. (Herdiansyah Rahman /kw)
Herdiansyah Rahman adalah peneliti senior di Lembaga Analisa Politik dan Demokrasi. Pemerhati masalah film, media cetak, elektronik, sosial media dan situs online. Tinggal di Jakarta.

Mulai 30 September-11 Oktober ini, Citizen6 mengadakan program menulis bertopik "Oleh-oleh Khas Kotaku". Ada merchandise eksklusif bagi 6 artikel terpilih. Syarat dan ketentuan bisa disimak di sini.
Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, 
social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.






Ayob Inubat
Ayob Inubat

This is a short biography of the post author. Maecenas nec odio et ante tincidunt tempus donec vitae sapien ut libero venenatis faucibus nullam quis ante maecenas nec odio et ante tincidunt tempus donec.

Tidak ada komentar: