Bendera Papua merdeka
berkibar sejajar dengan bendera anggota MSG. ©2015 Daniel Randongkir/Facebook
Di negara-negara kepulauan kecil kawasan Samudera
Pasifik berpenduduk mayoritas ras Melanesia, tersimpan kekuatan besar mendorong
kemerdekaan Papua dari Republik Indonesia. Negara yang namanya kurang akrab
buat penduduk di Tanah Air, contohnya Vanuatu, secara tegas mendukung
kemerdekaan Papua Barat.
Pada 4 Maret
2014, Perdana Menteri Vanuatu Moana Carcasses Katokai Kalosil di hadapan Sidang
Tingkat Tinggi HAM PBB ke-25, mendesak komunitas internasional mendukung
kemerdekaan rakyat Papua yang kini sebatas menjadi rakyat dua provinsi di
Indonesia.
Bagi kebanyakan
penduduk Indonesia di wilayah Barat yang lebih sejahtera, wacana kemerdekaan
Papua selalu dianggap makar. Namun penduduk negara-negara Pasifik yang
sama-sama bangsa Melanesia, meyakini rakyat Papua selama hampir 50 tahun
ditindas oleh rezim Jakarta. Marak pula kampanye
bahwa Pepera 1969 yang membuat Papua menjadi provinsi ke-26 RI penuh manipulasi.
Mengingat semua
fakta itu, akhir Juni lalu pemerintah RI melakukan manuver politik mengejutkan.
Yakni bergabung dengan Komunitas Negara Melanesia (MSG). Organisasi ini terdiri
atas Fiji, Papua Nugini, Kepulauan Solomon, Vanuatu, serta Kaledonia Baru.
Selain
negara-negara itu, di MSG bercokol United Liberation Movement for West Papua
(ULMWP) sebagai peninjau. ULMWP adalah lembaga swadaya yang secara tegas
memperjuangkan kemerdekaan dua provinsi Papua yang berada di bawah kendali
Jakarta.
Kementerian Luar
Negeri secara implisit mengakui langkah bergabung dengan MSG, merupakan
strategi menghambat wacana dukungan bagi Papua merdeka di kalangan
negara-negara sekitar Pasifik.
Juru bicara
Kemenlu Arrmanatha Nasir dua hari lalu, menyatakan diterimanya RI sebagai
anggota MSG menandakan akan ada stabilitas politik di Papua. Indonesia pun
disebutnya berkepentingan masuk MSG, karena ada 11 juta WNI dari ras Melanesia,
seperti di Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, dan NTT.
Lebih dari itu,
dalam statuta MSG tertulis organisasi ini tidak akan ikut campur dengan masalah
internal negara anggotanya. "Pernyataan jelas, bahwa mereka menghormati
kadaulatan RI terhadap Papua," kata jubir yang akrab disapa Tata itu.
Selain manfaat
politik, melibatkan diri dalam organisasi negara Melanesia bisa menggenjot
perekonomian. Tata optimis ketika kawasan Papua dan sekitarnya semakin
sejahtera, maka semua pihak akan memperoleh keuntungan. Salah satu kerja sama
konkret yang akan dilakukan segera adalah menjual listrik dari Indonesia ke
Papua Nugini.
"Kita bisa
meningkatkan konektivitas dengan negara di Pasifik, lalu kita juga bisa buka
akses lebih besar dengan negara-negara di timur Indonesia," ungkapnya

Keputusan
menerima Indonesia menjadi anggota MSG diumumkan langsung oleh Perdana Menteri
Papua Nugini Peter O'Neill. Dia menyatakan membahas isu tersebut secara
kolektif bersama negara anggota lainnya, mengingat Indonesia dapat memberi
manfaat ekonomi bagi negara-negara kawasan Pasifik.
"Kami
menantikan pembicaraan yang lebih mendalam dengan Indonesia, dalam semangat
kekeluargaan regional," kata O'Neill seperti dilansir Solomon Star (27/6).
Disebut-sebut,
Indonesia dan ULMWP bersamaan mengajukan permintaan menjadi anggota kepada MSG.
Tapi pada akhirnya.
Sumber : Merdeka.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar