Keterbatasan dana pemerintah dalam
pengembangan potensi pariwisata Indonesia menyebabkan beberapa obyek wisata
saat ini dikuasai modal asing. Sedikitnya, ada empat lokasi di mana modal asing
itu bercokol dan menguasai obyek wisata di dalamnya.
Dilansir
SOLORAYA.COM dari merdeka.com, obyek wisata yang dikuasai pihak asing
itu antara lain terdapat di Anambas, Raja Ampat, Wakatobi dan Karimunjawa.
Menteri
Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Dahlan Iskan, bermimpi Pulau Bawah yang berada
di Kepulauan Anambas menjadi Maladewa versi Indonesia.
Mantan
Dirut PLN ini mengaku kabupaten yang terdiri dari 255 pulau ini tengah dibangun
sektor pariwisata tingkat internasional oleh investor asal Australia, Prancis
dan Amerika Serikat.
“Jadi BUMN
ternyata tidak perlu masuk ke situ, karena investornya sudah bekerja ini. Nanti
ini akan menjadi maldivest Indonesia,” ujar Dahlan.
2. Raja Ampat
Gugusan Pulau Wayag di Distrik Waigeo Barat Daratan, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Antara Foto/Chanry Andrew Suripatty
Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir, dan
Pulau-pulau Kecil KKP Sudirman Saad mengatakan Raja Ampat di Papua menjadi
salah satu obyek wisata yang dikelola investor asing tak terdaftar.
Kepulauan Raja Ampat merupakan tempat yang
sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai objek wisata, terutama wisata
penyelaman. Perairan Kepulauan Raja Ampat menurut berbagai sumber, merupakan
salah satu dari 10 perairan terbaik untuk diving site di seluruh dunia. Bahkan,
mungkin juga diakui sebagai nomor satu untuk kelengkapan flora dan fauna bawah
air pada saat ini.
Karena daerahnya yang banyak pulau dan
selat sempit, maka sebagian besar tempat penyelaman pada waktu tertentu
memiliki arus yang kencang. Hal ini memungkinkan juga untuk melakukan drift
dive, menyelam sambil mengikuti arus yang kencang dengan air yang sangat jernih
sambil menerobos kumpulan ikan.
3. Wakatobi
3. Wakatobi
Direktur
Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil KKP Sudirman Saad mengungkapkan,
selain Raja Ampat, Kepulauan Wakatobi juga menjadi obyek wisata yang dikelola
investor asing tak terdaftar.
Taman
Nasional Kepulauan Wakatobi menyuguhkan keindahan alam perairan yang sangat
menakjubkan. Menyelam, snorkeling dan berenang untuk melihat gugusan terumbu
karang yang indah dan berbagai biota laut menjadi kegiatan andalan pariwisata
di sana.
Pulau Hoga
(Resort Kaledupa), Pulau Binongko (Resort Binongko) dan Resort Tamia merupakan
lokasi tempat menarik untuk dikunjungi, terutama untuk menyelam, snorkeling,
wisata bahari, berenang, berkemah dan budaya.
Foto Panyai Ujung Gelam Karimunjawa. (wikipedia.org)
Data dari
Balai Taman Nasional Karimunjawa tercatat dua pulau di kepulauan tersebut
tengah dikelola investor asing.
Dua pulau
itu adalah Menyawakan dan Kumbang.
“Pengelolaan
lahan Karimunjawa oleh pihak asing hanya bersifat penanam modal di bidang
pariwisata dan pembangunan resort,” kata Ketua Balai Taman Nasional Karimun
Jawa Hariyanto.
Karimunjawa
memiliki beranekaragam biota laut, pantai-pantai pasir putih, pulau-pulau kecil
yang indah, serta masyarakat yang ramah menjadi daya tarik taman laut nasional
itu.
Kendala pengembangan wisata Indonesia
Pada
dasarnya, Indonesia menyimpan potensi kekayaan alam besar yang belum
dioptimalkan. Permasalahannya terletak di faktor pendanaan. Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN) tidak cukup untuk membangun potensi pariwisata
nasional secara maksimal.
Pemerintah
pun mengambil jalan menyerahkan pengelolaan obyek wisata kepada investor asing.
Konsekuensinya tentu keuntungan yang didapat dibagi dua.
Pemerintah
melalui Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengungkapkan, belum lama ini,
telah sepakat untuk merevisi aturan dengan memperbesar peranan asing di sektor
pariwisata Indonesia. Rencananya, investor luar negeri bisa menanamkan modal di
wahana rekreasi berbasis alam hingga 70 persen. Padahal, sebelumnya hanya 49
persen. Peran masyarakat lokal semakin kerdil di sana.
Sebetulnya,
jika Indonesia mampu memanfaatkan potensi ini, negara akan mempunyai tambahan
dana untuk pembangunan. Hasil akhirnya tentu saja meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan membantu mengangkat kehidupan dari jurang kemiskinan.
Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sendiri telah mengakui bahwa sektor pariwisata
berada di peringkat 5 besar penyumbang pendapatan terbesar bagi negara. Badan
Pusat Statistik (BPS), tahun lalu, mencatat pada 2011 sektor ini mampu
menyumbang devisa sekitar USD 9 miliar atau setara Rp 108,4 triliun.
Dari sisi
penyerapan tenaga kerja pada 2011 sebanyak 8,53 juta orang bergerak di bidang
pariwisata. Pajak tak langsung dari sektor pariwisata pada 2011 mencapai Rp
10,72 triliun.
Pihaknya
mencatat, upah dari sektor pariwisata pada 2011 mencapai Rp 96,57 triliun atau
naik dibandingkan 2010 yang sebesar Rp 84,80 triliun. Keuntungan yang cukup
besar ini membuat sektor pariwisata menjadi salah satu yang terseksi di mata
investor di samping migas, batu bara, minyak kelapa sawit, dan karet olahan.
Pasalnya,
saat ini, sekitar 29 kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil Indonesia sudah
dikelola asing seperti Australia, Amerika Serikat, Swiss, Prancis, Brasil,
Singapura dan Thailand.
Sementara,
Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil KKP Sudirman Saad
mengatakan, dari data yang dimiliki KKP, terdapat lebih dari 50 pulau, yang
pusat wisata baharinya dikelola oleh investor asing.
“Modus
mereka adalah menikahi Warga Negara Indonesia, lalu investasi mereka
diatasnamakan istri mereka itu. Kita ingin mereka bentuk PT (Perseroan
Terbatas) untuk usaha mereka dan tidak dalam individu,” ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar