Minggu, 11 Desember 2016

Asing kuasai obyek wisata di Anambas, Raja Ampat, Wakatobi dan Karimunjawa

Keterbatasan dana pemerintah dalam pengembangan potensi pariwisata Indonesia menyebabkan beberapa obyek wisata saat ini dikuasai modal asing. Sedikitnya, ada empat lokasi di mana modal asing itu bercokol dan menguasai obyek wisata di dalamnya.
Dilansir SOLORAYA.COM dari merdeka.com, obyek wisata yang dikuasai pihak asing itu antara lain terdapat di Anambas, Raja Ampat, Wakatobi dan Karimunjawa.

1. Anambas
 PULAU BAWAH di ANAMBAS
 Pulau Bawah di Kepulauan Anambas (exploreanambas.blogspot.com)     
        
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Dahlan Iskan, bermimpi Pulau Bawah yang berada di Kepulauan Anambas menjadi Maladewa versi Indonesia. 
Mantan Dirut PLN ini mengaku kabupaten yang terdiri dari 255 pulau ini tengah dibangun sektor pariwisata tingkat internasional oleh investor asal Australia, Prancis dan Amerika Serikat.
“Jadi BUMN ternyata tidak perlu masuk ke situ, karena investornya sudah bekerja ini. Nanti ini akan menjadi maldivest Indonesia,” ujar Dahlan.

2. Raja Ampat
Gugusan Pulau Wayag di Distrik Waigeo Barat Daratan, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat, Rabu, (7/5).  
Gugusan Pulau Wayag di Distrik Waigeo Barat Daratan, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Antara Foto/Chanry Andrew Suripatty 

Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil KKP Sudirman Saad mengatakan Raja Ampat di Papua menjadi salah satu obyek wisata yang dikelola investor asing tak terdaftar.
Kepulauan Raja Ampat merupakan tempat yang sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai objek wisata, terutama wisata penyelaman. Perairan Kepulauan Raja Ampat menurut berbagai sumber, merupakan salah satu dari 10 perairan terbaik untuk diving site di seluruh dunia. Bahkan, mungkin juga diakui sebagai nomor satu untuk kelengkapan flora dan fauna bawah air pada saat ini.
Karena daerahnya yang banyak pulau dan selat sempit, maka sebagian besar tempat penyelaman pada waktu tertentu memiliki arus yang kencang. Hal ini memungkinkan juga untuk melakukan drift dive, menyelam sambil mengikuti arus yang kencang dengan air yang sangat jernih sambil menerobos kumpulan ikan.

3. Wakatobi
Gambar wakatobi dari udara 
Foto udara Wakatobi. (Credit: svananegriku.blogspot.com) 

Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil KKP Sudirman Saad mengungkapkan, selain Raja Ampat, Kepulauan Wakatobi juga menjadi obyek wisata yang dikelola investor asing tak terdaftar.
Taman Nasional Kepulauan Wakatobi menyuguhkan keindahan alam perairan yang sangat menakjubkan. Menyelam, snorkeling dan berenang untuk melihat gugusan terumbu karang yang indah dan berbagai biota laut menjadi kegiatan andalan pariwisata di sana.
Pulau Hoga (Resort Kaledupa), Pulau Binongko (Resort Binongko) dan Resort Tamia merupakan lokasi tempat menarik untuk dikunjungi, terutama untuk menyelam, snorkeling, wisata bahari, berenang, berkemah dan budaya.
4.Karimunjawa Panyai Ujung Gelam Karimunjawa 
Foto Panyai Ujung Gelam Karimunjawa. (wikipedia.org) 

Data dari Balai Taman Nasional Karimunjawa tercatat dua pulau di kepulauan tersebut tengah dikelola investor asing.
Dua pulau itu adalah Menyawakan dan Kumbang.
“Pengelolaan lahan Karimunjawa oleh pihak asing hanya bersifat penanam modal di bidang pariwisata dan pembangunan resort,” kata Ketua Balai Taman Nasional Karimun Jawa Hariyanto.
Karimunjawa memiliki beranekaragam biota laut, pantai-pantai pasir putih, pulau-pulau kecil yang indah, serta masyarakat yang ramah menjadi daya tarik taman laut nasional itu.

Kendala pengembangan wisata Indonesia
Pada dasarnya, Indonesia menyimpan potensi kekayaan alam besar yang belum dioptimalkan. Permasalahannya terletak di faktor pendanaan. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tidak cukup untuk membangun potensi pariwisata nasional secara maksimal.
Pemerintah pun mengambil jalan menyerahkan pengelolaan obyek wisata kepada investor asing. Konsekuensinya tentu keuntungan yang didapat dibagi dua.
Pemerintah melalui Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengungkapkan, belum lama ini, telah sepakat untuk merevisi aturan dengan memperbesar peranan asing di sektor pariwisata Indonesia. Rencananya, investor luar negeri bisa menanamkan modal di wahana rekreasi berbasis alam hingga 70 persen. Padahal, sebelumnya hanya 49 persen. Peran masyarakat lokal semakin kerdil di sana.
Sebetulnya, jika Indonesia mampu memanfaatkan potensi ini, negara akan mempunyai tambahan dana untuk pembangunan. Hasil akhirnya tentu saja meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan membantu mengangkat kehidupan dari jurang kemiskinan.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sendiri telah mengakui bahwa sektor pariwisata berada di peringkat 5 besar penyumbang pendapatan terbesar bagi negara. Badan Pusat Statistik (BPS), tahun lalu, mencatat pada 2011 sektor ini mampu menyumbang devisa sekitar USD 9 miliar atau setara Rp 108,4 triliun.
Dari sisi penyerapan tenaga kerja pada 2011 sebanyak 8,53 juta orang bergerak di bidang pariwisata. Pajak tak langsung dari sektor pariwisata pada 2011 mencapai Rp 10,72 triliun.
Pihaknya mencatat, upah dari sektor pariwisata pada 2011 mencapai Rp 96,57 triliun atau naik dibandingkan 2010 yang sebesar Rp 84,80 triliun. Keuntungan yang cukup besar ini membuat sektor pariwisata menjadi salah satu yang terseksi di mata investor di samping migas, batu bara, minyak kelapa sawit, dan karet olahan.
Pasalnya, saat ini, sekitar 29 kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil Indonesia sudah dikelola asing seperti Australia, Amerika Serikat, Swiss, Prancis, Brasil, Singapura dan Thailand.
Sementara, Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil KKP Sudirman Saad mengatakan, dari data yang dimiliki KKP, terdapat lebih dari 50 pulau, yang pusat wisata baharinya dikelola oleh investor asing.
“Modus mereka adalah menikahi Warga Negara Indonesia, lalu investasi mereka diatasnamakan istri mereka itu. Kita ingin mereka bentuk PT (Perseroan Terbatas) untuk usaha mereka dan tidak dalam individu,” ujarnya.



Ayob Inubat
Ayob Inubat

This is a short biography of the post author. Maecenas nec odio et ante tincidunt tempus donec vitae sapien ut libero venenatis faucibus nullam quis ante maecenas nec odio et ante tincidunt tempus donec.

Tidak ada komentar: