Mengenal Honai, rumah tradisional suku Dani di Papua. | via: rumahmungilminimalis.com
Jakarta Jauh di papua adalah 'rumah' bagi kearifan budaya yang hampir
pasti tak bisa ditemukan di tempat lain. Buktinya, masih banyak suku yang
mempertahankan warisan budaya, termasuk rumah tradisonal. Dani, salah satu suku
di Papua yang bermukim di sekitar Lembah Baliem, Jayawijaya punya satu rumah
tinggal dengan arsitektur unik.
Bundar, dinding
yang tersusun dari kayu, beratap jerami dengan bentuk pintu yang begitu mungil
adalah tampilan Honai, rumah adat suku Dani yang tak hanya digunakan untuk
rumah tinggal. Ada juga bangunan Honai yang digunakan sebagai tempat
penyimpanan umbi-umbian hasil ladang, sementara sebagian Honai diperuntukkan
bagi pengasapan jasad tokoh suku Dani yang jadi salah satu tahap dari proses
pemumian.
Honai ini biasanya dibangun secara
berkelompok dengan 5 hingga 6 bangunan yang berjajar dengan begitu rapi di
lereng tebing tinggi dengan pemandangan memesona, lengkap dengan hawa
pegunungan yang dingin nan sejuk. Biasanya, kampung di mana suku Dani
tinggal ini tak semua rumahnya berupa Honai. Beberapa terdapat rumah berbentuk
persegi yang sering disebut sebagai Ebe'ai.
Perbedaan antara Honai dan Ebe'ai terletak pada
jenis kelamin. Kalau Honai dihuni oleh laki-laki, Eba'ai jadi rumah bagi kaum
perempuan. Jarak antara lantai dan langit-langit yang hanya mencapai 1 meter
membuat Honai jadi rumah berukuran mini. Uniknya, di dalam Honai ada satu
perapian yang letaknya berada persis di tengah. Tak ada peralatan apapun selain
jerami.
Kalau udara dingin, api akan dinyalakan di
perapian. Tak seperti rumah modern, Honai ini tak memiliki tak punya cerobong.
Karenanya, pintu akan dibuka sedikit kalau api di perapian sedang dinyalakan.
Melihat jajaran Honai di tebing tinggi mungkin jadi satu pesona lain di
tanah Papua yang menungu untuk ditemukan.
Penulis : Ayob Tabuni
Tidak ada komentar:
Posting Komentar